Batanghari, Gatra.com – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari, Jambi, dr. Elfi Yennie MARS, menganggap penyakit Human Immunodeficiency Virus Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semacam fenomena gunung es.
"Yang terpantau itu [HIV/AIDS] hanya sebagai kecilnya, sementara bagian besarnya masih di bawah tidak terlacak," katanya dikonfirmasi Gatra.com pada Senin (13/12).
HIV/AIDS terlacak karena kesadaran orang memeriksakan dirinya atau seseorang begitu dianjurkan dokter memeriksa mau melakukannya. Dinkes Batanghari kerap menemukan kasus seperti ini dan paling banyak berasal dari ibu rumah tangga. Namun penyakit tersebut rupanya bersumber dari sang suami.
"Kita sering menemukan, terlebih dahulu yang ditemukan justru istrinya. Istrinya positif HIV. Begitu kita temukan sang istri positif HIV, tentu kita kejar darimana asalnya, barulah diperiksa, barulah ketahuan ternyata suaminya positif," ujarnya.
Derita istri penderita HIV/AIDS begitu memilukan akibat ulah "nakal" sang suami. Sang istri yang merupakan ibu rumah tangga tak pernah kontak ke mana-mana dan tak pernah transfusi darah.
"Ternyata yang membawa penyakit adalah suaminya, itu sering seperti itu. Pernah juga kita temukan istri yang tak tahu terkena, kemudian dia hamil. Akhirnya begitu melahirkan, sang anak positif," katanya.
Elfi berujar, kasus seperti ini ada beberapa terjadi dalam keluarga di Kabupaten Batanghari. Satu keluarga terdiri dari ibu, ayah, dan anak positif HIV/AIDS, bahkan ada yang sudah meninggal dunia.
"Jadi paling berisiko tentunya adalah orang dengan perilaku seks tidak aman ya," ucapnya.
Persoalan HIV/AIDS masih ada dan harus mendapatkan perhatian. Dinkes Batanghari bukan hanya fokus mengobati penderita, terpenting adalah melacak atau memeriksa sebanyak mungkin semua potensi penularan.
"Contohnya kelompok-kelompok risiko seperti lelaki suka lelaki (LSL) dan tempat-tempat diduga bisa jadi tempat prostitusi, kemudian juga Lapas, termasuk yang rame-rame seperti itu kita awasi serta salon-salon dan sebagainya," katanya.