Yogyakarta, Gatra.com - Badan Otorita Borobudur (BOB) bakal mengembangkan praktik 'cleanliness, health, safety, dan environtment sustainability' (CHSE) yang menjadi prosedur tempat wisata selama pandemi Covid-19 ke sejumlah desa di sekitar zona otorita Borobudur. Langkah ini agar desa-desa yang akan masuk paket wisata BOB tersebut dapat terus menerapkan protokol kesehatan saat pariwisata menggeliat.
"Pelatihan CHSE bisa dilanjutkan dengan berbagai program lain, misalnya disambung dengan kegiatan festival," kata Direktur Utama BOB Indah Juanita dalam jumpa pers akhir tahun BOB, Sabtu (11/12) di Kota Yogyakarta.
Indah mencontohkan penyelenggaraan festival bregada atau prajurit alat keraton. Sebelum acara itu digelar, para bregada dapat diberi pengetahuan dan dilatih soal penerapan prokes di tempat wisata. Mereka kemudian dapat melakukan sosialisasi prokes ke para turis.
"Kalau bregada yang negur akan lebih cakep. Mereka dapat mengingatkan agar pakai masker dan jaga jarak.
"Jadi programnya tidak mutlak pelatihan, tapi bisa disusul kegiatan lain sehingga CHSE tetap simultan," ujarnya.
Pelatihan CHSE untuk desa-desa di sekitar zona BOB itu seiring keyakinan bahwa pengembangan wisata di zona kelolaan BOB, terutama melalui glamorous camping (glamping, kemah mewah) tidak akan mematikan pariwisata di desa-desa tersebut.
"Homestay di luar zona tetap akan dapat manfaat dan limpahan wisatawan. Ini tidak akan mematikan karena harga glamping di BOB pasti lebih mahal karena kelasnya berbeda. Kalau wisatawan tumpah, mereka bisa memilih yang ada di luar. Glamping kami juga masih disuplai dari dapur dan laundri masyarakat," ujarnya.
Setelah tahun ini melalukan revitalisasi Glamping De Loano, BOB bakal mengoperasikan glamping itu dan juga mengembangkan wisata glamping jenis baru dalam wujud kabin, Bobobox, pada Juni 2022.
"Kacanya dapat disetel buram saat malam dan cemerlang di pagi hari. Adanya teknologi ini yang jadi menarik dan cocok untuk milenial. Di Jawa Barat ini sudah booming dan mereka ekspansi ke beberapa titik seperti di Danau Toba. Kami akan siapkan 30 unit bekerjasama dengan investor," ujarnya.
Tahun depan, akses di daerah Plono-Nglinggo, jembatan, sejumlah jalur di zona tersebut ditargetkan selesai. Selain itu, asesmen soal pasar wisata juga diharapkan rampung sehingga dapat untuk memperluas sebaran wisatawan selain di Borobudur-Yogyakarta-Prambanan.
BOB juga akan meluncurkan kalender agenda kegiatan dan tarian Soledo Gelang Projo, sebagai atraksi hasil kolaborasi tiga kabupaten di zona otorita Borobudur yakni Kabupaten Magelang dan Purworejo di Jateng, serta Kulonprogo di DIY.
Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan BOB Bisma Jatmika, menjelaskan BOB telah menggelar pelatihan tata laksana CHSE pada Maret-April 2021 lalu di sejumlah desa di sekitar zona otorita BOB di tiga kabupaten tersebut.
Desa-desa itu adalah Pagerharjo, Gerbosari, dan Ngargosari di Kabupaten Kulonprogo, juga Desa Benowo, Pandanrejo, dan Sedayu yang berada di Provinsi Jawa Tengah. "Kami juga mendorong desa yang sudah dilatih ini untuk mengajukan serifikat CHSE ke Kemenparekraf," ujarnya.
Menurutnya, saat pariwisata menggeliat dan desa-desa itu siap menerima wisatawan, mereka akan dimasukkan ke paket wisata BOB. "Jadi wisatawan bosan di lokasi kami terus, ini bisa jadi bagian paket travel kami. Setelah ini akan ada pelatihan kelembagaan, ekonomi kreatif, dan pengelolaan wisata sehingga mereka siap. Kami akan dampingi terus," ujar Bisma.