Home Ekonomi Pandawa Agri Ekspor 1 juta Liter Reduktan Herbisida ke Malaysia

Pandawa Agri Ekspor 1 juta Liter Reduktan Herbisida ke Malaysia

Banyuwangi, Gatra.com- PT. Pandawa Agri Indonesia menutup tahun 2021 dengan merayakan ekspor 1 juta liter produk Reduktan Herbisida mereka, yaitu “Weed Solut-ion” ke negeri Jiran, Malaysia.

Dengan mengangkat tema “From Banyuwangi to The World: Ekspor 1 juta liter reduktan herbisida untuk pertanian yang berkelanjutan” ini PT. Pandawa Agri Indonesia ingin membawa pesan bahwa produk lokal yang tercipta dari kekayaan biodiversitas Kabupaten Banyuwangi, Indonesia.

Hal ini dapat menjadi kontribusi dalam menciptakan pertanian yang berkelanjutan dengan mengurangi penggunaan pestisida sintetis hingga 50%.

“Dunia saat ini membutuhkan solusi. Herbisida saat ini sedang mengalami kenaikan harga yang sangat signifikan,"kata CEO PT. Pandawa Agri Indonesia, Kukuh Roxa dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/12).

Salah satu contohnya adalah kenaikan harga glifosat hingga tiga kali lipat yang hingga saat ini dampaknya dialami oleh petani kita. Kenaikan harga ini disebabkan oleh betapa tergantungnya kita terhadap produksi di China.

“Sehingga disaat terjadinya permasalahan di rantai pasok dunia, petani kita jadi tidak punya pilihan selain menerima kenaikan harga yang berlipat-lipat tersebut,” ungkap Kukuh.

Hal-hal seperti ini berpotensi akan terus terulang di masa yang akan datang, karena dunia memang sedang membuat kesetimbangan baru dengan masalah iklim dan juga ancaman pandemi.

“Kami di Pandawa Agri Indonesia (PAI) ingin menjadi bagian dari solusi terhadap ketidakpastian ini, dengan memproduksi subtitusi pestisida yang lebih ramah lingkungan dengan kualitas yang diakui oleh dunia,” jelasnya.

Bahkan, lanjut dia, banyak pihak distributor multinasional menghubungi untuk bisa menjadi rekan distribusi produk PAI, mulai dari ASEAN, Afrika, hingga Amerika Latin. “Mereka menilai WS (Weed Solut-ion) bisa menjadi solusi permasalahan yang mereka hadapi selama ini dalam mengurangi dosis penggunaan herbisida hingga 50%,” ungkapnya.

Hal tersebut, karena memang banyak negara di luar sana yang sudah mempunyai regulasi untuk mengurangi penggunaan pestisida dari 25% hingga 50%. Namun belum menemukan solusi yang tepat.

Kukuh mengatakan bahwa produknya ramah lingkungan bahkan memberikan efisiensi biaya pembelian pestisida hingga 40%. Hal ini membuat pihak distributor tadi berharap untuk membuka diri pada pasar yang lebih luas.

“Itulah yang mendasari perencanaan kami dalam meningkatkan fasilitas produksi yang kami miliki saat ini secara bertahap hingga 50 kali dari yang kami miliki sekarang,” jelasnya.

Kementerian Perdagangan memperkirakan ekspor produk kimia akan mencapai US$3,7 miliar hingga akhir tahun 2021 nanti. Ekspor produk kimia mengalami tren positif, baik dari sisi nilai dan volume sepanjang periode 2015-2020.

Secara keseluruhan tren nilai naik sebesar 3,2% sedangkan tren volume naik sebesar 8,2%. Sementara itu, periode Januari-April 2021, nilai ekspor tumbuh signifikan sebesar 38,1%.

Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor, Kementerian Perdagangan, Marolop Nainggolan menyaebut bahwa hampir semua kebutuhan industri kimia dalam negeri masih tergantung terhadap impor. Sebanyak 90% lebih bahan kimia yang digunakan pun masih dipenuhi dari luar negeri.

Ia menilai bahwa Indonesia sangat mungkin untuk memproduksi bahan baku kimia sendiri. Menurutnya, Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia mumpuni atau kompeten. “Mengapa kita tidak mulai mencoba untuk memproduksi bahan baku sendiri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor?” katanya.

Ditambah proses produksi dari reduktan herbisida ini merupakan proses yang sangat rendah emisi karbon, sehingga sejalan dengan target dunia untuk menurunkan emisi karbon. “Industri kimia salah satunya pestisida merupakan penyumbang carbon footprint terbesar ketiga setelah baja dan semen,” ujar Marolop.

 

198