Pekanbaru,Gatra.com- Selain menjadi sumber cuan, kebun kelapa sawit nyatanya juga menjadi sarang predator, ular piton. Wirman, 42 tahun, seorang petani sawit, menyebut keberadaan hewan melata itu sudah jamak diketahui oleh petani sawit. Menurutnya hewan pembelit itu cenderung dibiarkan berkembang biak di kebun, lantaran membantu mengurangi hama tikus.
"Selama tidak menganggu ya di biarkan saja, biasanya mereka memilih menghindar kalau ada manusia," ungkap petani pemilik 4 hektare kebun sawit ini kepada Gatra.com, Kamis (9/12).
Meski begitu, Wirman mengaku pernah terpaksa membunuh seekor piton lantaran binatang itu menganggu aktivitasnya saat memanen sawit. Namun ia cukup kaget ketika piton yang tak berdaya itu, diminta oleh seorang petani lain sebagai bahan makanan.
"Tak jadi dibuang (bangkainya), karena orang itu kemudian meminta ular tersebut, dan menyebut itu enak (dimasak). Petani pendatang," tegas petani asal Kabupaten Kampar ini.
Selain tak tahu persis bagaimana koleganya memasak ular, Wirman sendiri mengaku geli mendengar ada orang yang ingin menyantap seekor piton. Namun, ia memilih menyerahkan bangkai hewan tersebut, lantaran dapat membantu kehidupan petani lain. Hanya saja ia memastikan petani yang menyambanginya bukan pengepul ular.
Sebagai informasi, beberapa etnis di Indonesia memang menjadikan ular sebagai salah satu santapan. Bahkan, di kota besar seperti Jakarta, hewan melata itu dijadikan sebagai menu makanan di pinggiran jalan. Selain piton, ular kobra menjadi incaran dikarenakan bisanya dipercaya mampu meningkatkan stamina.
Sambung Wirman, ular telah menjadi bagian penting dari rantai makanan di kebun sawit. Baik ular Piton maupun kobra, dua hewan tersebut menjadi andalan dalam menekan keberadaan hama tikus di kebun.
"Sebagian perusahaan bahkan sengaja memelihara burung hantu untuk memangsa tikus, tapi kalau petani umumnya terbantu oleh ular dalam memerangi hama itu. Mereka datang tanpa diundang seperti tikus. Itu sebabnya saat berada di kebun kita memakai pakaian lengan panjang berbahan keras dan sepatu bot," urainya.
Soal tempat sarang ular di kebun, Wirman menyebut sebagian melingkar di pangkal pohon sawit, sementara yang lain berada di atas pohon sawit. Namun ia meyakini lebih banyak kawanan ular bersembunyi di liang-liang tanah, maupun dibawah tumpukan-tumpukan kayu bekas tebangan pohon.
Info tambahan, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau belum lama ini melepasliarkan seekor ular piton hasil tangkapan warga di kebun sawit. Ular tersebut memiliki panjang lebih kurang 9 meter dan ditaksir berumur 30 tahun. Hewan ini ditangkap pada Selasa (21/9) di Desa Sungai Buluh, Kecamatan Bunut, Kabupaten Pelalawan, Riau.