Home Regional Mengapa Jasad TPNPB-OPM yang Tewas Dibakar?

Mengapa Jasad TPNPB-OPM yang Tewas Dibakar?

Intan Jaya, Gatra.com- Kelompok yang menamakan dirinya Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengumumkan satu anggotanya tewas dalam perang di Intan Jaya, Papua, 7/12. Komandan Operasi Kodap VIII melaporkan bahwa pada pukul pukul 12:50 WIT, di Intan Jaya, Kampung Magaloge, Pos Mbaituga, telah tewas atas nama Marten Belau karena ditembak aparat keamanan. Sedangkan Jaki Sondegau kombatan lainnya terluka tangannya terkena serpihan peluru.

Sebulan sebelumnya kombatan bermarga Belau juga tewas. "Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB-OPM telah terima laporan resmi dari Intan Jaya bahwa telah terjadi kontak senjata antara TNI/Polri dengan pasukan TPNPB pada hari Jumat sore, tanggal 5 November 2021," kata Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom.

"Dan dalam kontak senjata itu, pasukan TNI/Polri telah tembak mati seorang anggota TPNPB atas nama Oche Belau," tambahnya.

Terhadap jasad dua kombatan yang tewas diperlakukan sama yaitu dibakar.  Oche Belau, 25 tahun, anggota TPNPB-OPM telah tewas dalam kontak senjata antara TNI/Polri dengan TPNPB yang terjadi Jumat (5/11) sore pukul 15.20 hingga menjelang malam. Kontak senjata terjadi di kampung Bilogai, Sugapa, Intan Jaya, Papua.

Gusby Waker, Komandan Operasi TPNPB lainnya membenarkan bahwa gerilyawan TPNPB yang ditembak mati adalah Oche Belau. Gusby mengatakan TPNPB telah membakar jenazahnya di kampung. “Jenazah almarhum Oche telah dibakar tadi subuh pukul 04.00 pagi. Ini laporan yang saya terima dari Undius,” ungkapnya.

Sedangkan terhadap jasad Marten Belau setali tiga uang. "Satu anggota TPNPB OPM kami ditembak oleh TNI POLRI hari ini tepat di Pesiga depan Gereja stasi Katholik dan jenasahnya baru dievakuasi dan dibakar secara budaya perang," kata Undius Kogoya.

Suku Lani di Papua memang memiliki tradisi membakar mayat (kremasi). Penanganan mayat ini berlaku untuk orang-orang mati, baik secara wajar maupun tewas dalam perang. Tujuannya untuk mengantar roh orang mati agara pergi ke dunia lain dengan baik.

Sebelum pembakaran mayat, terlebih dahulu dilakukan pesta bakar batu dengan membakar sejumlah babi. Jumlah babi yang dibantai menjadi takaran tentang seberapa penting orang yang mati.

Prosesi pembakaran mayat menggunakan kayu bakar dari jenis pohon kasuari. Sebuah lubang disiapkan di dekat tungku pembakaran. Lubang sedalam semeter ini untuk memendam abu dan tualng belulang yang tersisa.

Kayu bakar disusun membentuk segi empat. Mayat duduk di atas tumpukan kayu. Potongan kayu disusun sedemikian rupa sehingga menimbun jasad kombatan TPNPB yang tewas. Api disulut dari bagian atas tumpukan kayu bakar.

Begitu api padam, tulang-tulang sisa pembakaran dikumpulkan. Abu dan tulang dipendam dalam lubang yang disiapkan.

19692