Home Regional Nenek Renta itu Rela Jadi Peminta-minta untuk Menghidupi Cucunya yang Lumpuh

Nenek Renta itu Rela Jadi Peminta-minta untuk Menghidupi Cucunya yang Lumpuh

Purworejo, Gatra.com- Sri Wahyuningsih, 19 tahun, hanya bisa pasrah, tergolek di ranjangnya yang sederhana. Sudah empat tahun, Ningsih, panggilan akrabnya tergolek tak berdaya di rumah kontrakan sempit bersama nenek dan adiknya di Kampung Brengkelan RT 5 RW 5 Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Semua aktiviasnya, mulai dari makan, buang air kecil, buang air besar dan semuanya diurusi san nenek, Geger, 75 tahun. Untuk sekedar makan, nenek renta itu harus meminta-minta di pasar, itu pun jika ia dalam kondisi sehat.

Jika nenek Geger tidak sehat, entahlah dari siapa mereka bisa makan, mungkin juga dari tetangga yang iba pada nasibnya.

“Kangge maem kalih kebutuhan sanesipun, kula nyuwun-nyuwun tiyang ten peken. Nopo malih Ningsih, kathah betahe kados maem, pembalut, bedak talek, minyak kayu putih.. Putu kulo sing alit tasih sekolah kelas 5 SD. (Untuk makan dan kebutuhan lainnya, saya meminta-minta di pasar. Apalagi Ningsih banyak kebutuhannya, seperti malan, pembalut, bedak talek, minyak kayu putih. Cucu saya yang kecil masih kelas 5 SD),” cerita Geger yang hanya bisa Bahasa Jawa ini, saat dikunjungi oleh pengurus dan anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Purworejo, Selasa (7/12).

Awal mula kejadian yang menimpa Ningsih, saat ia pulang sekolah akan membonceng sepeda. Tiba-tiba, ia didorong oleh temannya hingga terjatuh. Saat itu Ningsih duduk di kelas 2 SMA di SLB Karya Bhakti yang terletak di Desa Popongan, Kecamatan Banyuurip. Sejak itu, gadis yatim piatu itu sakit hingga lumpuh nyaris tubuhnya tak bisa digerakkan.

Berbagai upaya pengobatan medis hingga alternatif sudah dilakukan, namun belum ada hasilnya. "Sanjange saget mantun kiyambak, tapi nggih dugi sepriki tasih lumpuh mboten saget napa-napa, namung bobokan mawon. (Katanya bisa sembuh sendiri, tapi sampai sekarang masih lumpuh nggak bisa apa-apa, hanya tiduran),” kata nenek renta itu.

Karena makin tua, Geger pernah berusaha untuk menititpkan Ningsih ke panti, tapi ditolak dengan alasan tidak bisa mandiri. “Kula pun sepuh bingung mbenjang-benjang sinten sik badhe ngerawat. Sak niki mawon kangge nyekapi kebutuhan nggih kirang-kirang. Nopo malih bayar kontrak setahun Rp1 juta. Kulo ndedonga sanget mugi setiap tahun saget bayar kontrakan, ugi saget tumbas pembalut, bedak talek, minyak kayu putih. Kantenan kulo mboten saget kerjo. (Saya sudsh tua, bingung besok-besok siapa yang akan mencukupi kebutuhan Ningsih. Apalagi tiap tahun harus bayar kontrakan Rp1 juta. Saya hanya berdoa semoga tiap tahun bisa bayar kontrakan, juga beli pembalut, bedak talek, minyak kayu putih. Karena saya tidak bisa kerja),” tamba Geger.

Memang malang apa yang menimpa Geger dan cucu-cucunya. Tapi sedikit beruntung, ia telah tersentuh bantuan pemerintah, mulai dari kesehatan hingga bantuan sembako.

Namun masih perlu uluran tangan dernawan agar kebutuhan sehari-hari menimbang usianya yang telah renta, agar Ningsih dan adik sepupunya masih bisa terpenuhi kebutuhannya.

1536