Banyumas, Gatra.com– Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berkunjung ke sentra gula semut atau gula kristal di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. dia memantau digitalisasi di Koperasi Serba Usaha (KSU) Nira Satria, Desa Pernasidi, Kecamatan Cilongok, Selasa (7/12).
Agus mengatakan Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia sudah mulai mengimplementasikan Industri 4.0, atau berbasis digital sehingga tercipta efesiensi dan mendapatkan jalan keluar dari sejumlah masalah yang dihadapi seperti KSU Nira Satria.
KSU Nira Satria menjadi percontohan IKM di Indonesia yang sudah memasuki industri 4.0. Hal ini sering diceritakanya dalam forum internasional.
“Pertama Indonesia sudah siap terhadap digitalisasi, kedua ini merupakan contoh betul industri menengah bisa menerapkan teknologi 4.0,” kata Agus, dalam keterangannya, Selasa malam (7/12).
KSU Nira Satria membeli gula kelapa kristal organik dari anggotanya saat ini, Rp17 ribu - Rp20 ribu perkilogram. Selain itu para anggota mendapatkan asuransi BPJS Ketenagakerjaan. Koperasi ini sejak Maret 2020, mendapatkan bantuan peralatan digitalisasi proses produksi dari Kementerian Perindustrian RI.
Industri kecil berupa pengolahan gula kelapa kristal di Banyumas ini, hampir dua tahun terakhir menerapkan sistem menerapkan Revolusi Industri 4.0 dengan digitalisasi dalam melakukan proses produksi. Manfaat digitalisasi sangat dirasakan oleh pengelola KSU Nira Satria.
Ketua KSU Nira Satria, Nartam Andre Nusa mengatakan anggota KSU Nira Satria berjumlah 892 orang, dari berbagai desa di Banyumas. Produksi gula kelapa kristal organik rata-rata mencapai 70- 80 ton per bulan.
Gula kristal organik itu diekspor dengan pemasaran utama ke sejumlah negara Eropa, Amerika Utara, Australia, Afrika Selatan dan Asia Timur.
"Sejak menerapkan digitalisasi, dari bantuan dari Kementerian Perindustrian RI, kami mampu meningkatkan efesiensi untuk produksi seperti bahan bakar hingga 30 persen, kecepatan dan ketepatan kualitas produk, dan pemantuan produksi secara digital yang dapat dilakukan dimanapun," kata Nartam.
Dia menjelaskan, penerapan teknologi digital memungkinkan produk petani bisa dilacak mulai dari petani, pengepul dan koperasi. “Bisa dites dari mana produk itu. Dari siapa, dari petani mana bisa dilakukan dengan cara barcoding masing-masing produk petani,” ucap Nartam.