Brussel, Gatra.com - Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn mengatakan pada hari Selasa (7/12) bahwa pembatasan perjalanan kedatangan ke Uni Eropa (UE) masih diberlakukan sampai diketahui lebih banyak tentang varian Omicron dari virus corona.
Akhir November lalu, negara-negara Uni Eropa setuju untuk memberlakukan pembatasan perjalanan di tujuh negara Afrika selatan, setelah mereka melaporkan beberapa kasus varian Omicron, yang dianggap sangat menular.
"Sampai kita tahu lebih banyak, kita perlu berhati-hati dan pembatasan perjalanan penting untuk menjaga masuknya di Eropa dan Jerman serendah mungkin," kata Spahn kepada wartawan saat ia tiba untuk pertemuan para menteri kesehatan Uni Eropa di Brussels, dikutip Reuter, Selasa (7/12).
Sumber-sumber Uni Eropa mengatakan pada hari Senin bahwa tidak ada rencana segera untuk melonggarkan pembatasan, membatalkan laporan media yang mengutip seorang diplomat, yang mengatakan ini bisa terjadi.
Menjelang pertemuan hari Selasa, Komisaris Kesehatan UE Stella Kyriakides mengatakan, “Kami menghadapi situasi epidemiologis yang sangat menantang di semua negara anggota dengan pandemi COVID-19, yang dibuat sangat menantang dengan munculnya varian Omicron.”
Dia mengatakan pihak mendesak para menteri untuk meningkatkan vaksinasi dan, jika perlu, untuk melakukan tindakan non-farmasi lainnya, seperti mewajibkan pemakaian masker dan menjaga jarak sosial.
Menteri Kesehatan Malta, Christopher Fearne, mengatakan kepada wartawan sebelum pertemuan bahwa dia ingin perusahaan farmasi memproduksi versi modifikasi dari vaksin mereka, dalam waktu kurang dari 100 hari.
Pfizer dan BionTech, pemasok utama vaksin COVID-19 ke UE, menyebut mereka akan membutuhkan waktu 100 hari.
“Seratus hari mungkin terlalu lama bagi kita untuk menunggu vaksin yang dimodifikasi,” kata Fearne. Ia mencatat bahwa saat ini tidak ada kepastian bahwa varian Omicron akan memerlukan vaksin yang diadaptasi, dengan asumsi bahwa booster mungkin cukup untuk mengatasi mutasi baru.