Palembang, Gatra.com - DPRD Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memanggil pejabat Universitas Sriwijaya (Unsri) untuk hadir pada pertemuan rapat dengar pendapat terkait kasus dugaan asusila yang dilakukan oknum dosen kampus itu terhadap mahasiswinya, Senin (6/12).
Sayangnya, pihak rektorat tak hadir dalam pertemuan ini.
Ketua DPRD Provinsi Sumsel, RA Anita Noeringhati, mengatakan tidak hadirnya pihak rektorat kampus tersebut karena saat ini sedang menggelar rapat internal terkait masalah tersebut.
Kendati, pihaknya sangat menyayangkan tak hadirnya pihak rektorat Unsri.
“Sebenarnya, kami berharap ada dari pihak rektorat Unsri. Karena kan yang sangat ditunggu itu adalah pihak Unsri,” ujarnya di Palembang.
Diketahui, dalam pertemuan yang digelar di Ruang Rapat Banggar DPRD Provinsi Sumsel itu telah hadir sejumlah pihak terkait. Selain ketua DPRD Sumsel, telah hadir juga Wakil Ketua Kms Syaiful Fadli, lalu dari Komisi V DPRD Sumsel Susanto Azis. Selanjutnya, hadir pula sejumlah mahasiswa dari BEM Unsri dan Dinas PPPA provinsi setempat.
Selain itu, Anita pun meminta agar kasus tersebt benar-benar menjadi perhatian dari pihak kepolisian setempat. Pasalnya, ancaman hukumannya sudah sangat jelas dan diatur dalam KUHP.
“Itu (dugaan kasus pelecehan) di Fakultas Ekonomi Unsri harus jadi perhatian khusus. Jangan sampai kalah argumentasi. Maksudnya, bukti dan keterangan yang memperkuat laporan korban. Apa yang terjadi hari ini (tak hadirnya pihak Unsri) mengindikasikan upaya penyelesaian kasus ini secara internal,” katanya.
Di tempat sama, kuasa hukum korban pelecehan di Unsri, Sri Lestari, menyebutkan masih ada banyak lagi korban lainnya yang belum muncul. Dari proses pendampingan yang dilakukan pihaknya, bahkan terungkap juga ada alumni yang telah menjadi korban oknum dosen tersebut.
“Jika anak-anak ini (mahasiswa dan mahasiswi) sebutnya sudah seperti predator. Targetnya, harus dipecat karena tak pantas dan tak layak berada di kampus,” ujarnya.
Sementara itu, Presma BEM Unsri, Dwiki Sandy, menambahkan tidak ada tempat bagi dosen yang telah melakukan pelecehan seksual terhadap mahasiswinya di kampusnya.
“Kami sangat khawatir. Kami pun akan terus berjuang supaya hal ini tak terjadi lagi ke depannya,” katanya.