Jakarta, Gatra.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, mendorong santri menghasilkan karya-karya terbaiknya untuk memenangkan persaingan global pada era digital.
Sandiaga dalam keterangan pers yang diterima pada Senin (6/12), menyampaikan, era 4.0 yang serba digital, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang profesional, kempetitif dan kompeten.
Sandi, demikian Menparekraf biasa disapa, mengatakan, tidak hanya pelajar, mahasiswa, industri, akadmisi, dan masyarakat umum, namun para santri juga dituntut kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi digital sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur bangsa yang baik.
Menurutnya, pendidikan bagi umat manusa adalah kebutuhan yang mutlak sehingga harus dipenuhi. Seiring perkembangan teknologi, maka pola pikir para pelajar juga mengikuti perkembangan zaman sehingga banyak juga keinginan para santri untuk menjalani cita-citanya.
Tuntutan terhadap peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana mencapai cita-cita tersebut, lanjut Sadi, akan semakin tinggi seiring dengan tuntutan hidup yang mana semakin kompleks. Oleh karena itu, kedudukan antara pendidikan dalam berbagai bentuk atau modelnya akan selalu berinteraksi dengan dinamika masyarakat sepanjang waktu.
Hal ini mengingat jumlah santri yang sangat besar dan tersebar di seluruh indonesia, keberadaan para santri diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam pembangunan perekonomian, khususnya sektor teknologi dan digital.
“Kami berharap para santri akan menjadi new content creator yang dapat menghasilkan karya dan produk kreatif digital yang berkualitas dan dapat menjadi media dakwah serta berguna bagi kemaslahatan umat, bangsa dan negara," ujar Sandi.
Dalam sejarah Indonesia, pondok pesantren telah menorehkan peranannya yang penting bagi pembangunan bangsa, hingga kini pesantren tetap diakui sebagai lumbung ilmu dan kawah pembinaan moral dan mental generasi muda. Salah satunya, Pondok Pesantren Darunnajah yang terus mengembangkan pendidikan dan juga para santrinya untuk dapat terus mengikuti perkembangan zaman, terutama dalam era digital saat ini.
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Muhammad Neil El Himam, menambahkan, Santri Digital Preneur Indonesia sejak di-launching di bulan September lalu, sudah ada 500 santri lebih yang terdaftar. Dengan pelatihan selama dua bulan, dari bulan Oktober hingga November, para santri yang tergabung dalam program ini telah selesai menjalani program pelatihan yang telah dilakukan sebanyak 24 kali pertemuan.
“Jadi ada tiga jenis pelatihan, yaitu animasi dua dimensi, animasi tiga dimensi, dan pelatihan creative audio production. Alhamdulillah program pelatihan Santri Digitalpreneur Indonesia telah berjalan sukses hingga hari terakhir,” katanya.
Dia menegaskan, para peserta yaitu para santri telah dibekali oleh ilmu-ilmu terkait dengan program pelatihan yang dipilih, dan pihaknya berharap ilmu tersebut dapat menjadi bekal para santri untuk bisa melakukan dakwah digital, membuat konten-konten islami digital, dan diharapkan dapat menghasilkan Intelectual Property (IP) baru.
Dengan demikian, para santri ini mampu bersaing di industri kreatif dan digital dengan tetap menjunjung tinggi akhlakul karimah. Ia berharap Santri Digitalpreneur bisa tetap terjaga dan para peserta yang telah mengikuti pelatihan ini dapat terus aktif dengan membuat konten-konten kreatif digital dan saling bekerja sama, sehingga akan dapat lahir konten kreatif digital islami yang dapat diterima oleh masyarakat dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru.