Home Nasional Tiba-tiba Langit Gelap Seperti Kiamat, Dalam Sekejap Menjadi Kota Hantu

Tiba-tiba Langit Gelap Seperti Kiamat, Dalam Sekejap Menjadi Kota Hantu

Lumajang, Gatra.com- Di tengah hamparan abu cair dan lumpur apokaliptik, penduduk yang tinggal di bawah bayang-bayang Gunung Semeru menyisir barang-barang yang hancur setelah rumah mereka diselimuti amuk letusan gunung berapi pada Sabtu, 04/12. Sedikitnya 14 orang tewas, puluhan luka-luka dan ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal. Al Jazeera, 05/12.

Para ayah menggendong anak perempuan yang tertekan, penduduk desa yang sudah uzur mengangkat kasur di punggung mereka dan petani menuntun kambing yang selamat. Mereka mencoba menyelamatkan apa saja yang bisa dikais dari desa mereka yang terluka.

“Kami tidak tahu kalau itu lumpur panas,” kata Bunadi, warga Kampung Renteng, Oro-oro Ombo, Pronojiwo, Lumajang. “Tiba-tiba, langit menjadi gelap karena hujan dan asap panas datang.”

Letusan itu telah menewaskan 14 orang dan melukai 56 orang, kata seorang pejabat badan mitigasi bencana, Minggu. Sebanyak 35 orang di antaranya cidera parah, lebih rendah dari jumlah sebelumnya 98. Pejabat itu juga mengatakan 1.300 orang telah dievakuasi.

Itu juga menyebabkan banyak tunawisma dan ratusan mengungsi ke tempat penampungan. Di sebuah masjid setempat, para ibu duduk di lantai di samping anak-anak mereka yang sedang tidur. Mereka beruntung lolos dari banjir bandang yang mendidih meninggalkan puluhan orang dengan luka bakar parah.

Beberapa kembali ke 'kota hantu' mereka setelah letusan. Mereka tak peduli dengan risiko kesehatan oleh udara kotor,. Mereka putus asa untuk mengais potongan-potongan apa pun dari lautan lumpur yang kental.

Di salah satu rumah, piring, periuk, dan mangkok diletakkan di atas meja seolah-olah makan malam sedang disajikan. Tetapi makanan itu telah diganti dengan seporsi abu vulkanik.

Beberapa mencari mati-matian mencari teman dan kerabat yang hilang. “Ada 10 orang yang terbawa semburan lumpur,” kata Salim, warga Kampung Renteng lainnya. “Salah satu dari mereka hampir diselamatkan," katanya. Dia disuruh lari, tetapi malah tidak mau. "Saya tidak mau (lari). Siapa yang akan memberi makan sapi saya?” kata orang itu.

Atap-atap rumah di Desa Sumber Wuluh menyembul dari lapisan lumpur tebal. Betapa derasnya volume lumpur dan abu yang mengguyur kawasan tersebut.

Sapi-sapi terbaring mati atau bertahan hidup dengan kulit daging mereka terkoyak oleh panas yang membakar. Sebatang rokok menghiasi mulut seorang pengungsi saat dia ditarik ke tempat yang aman. Sementara penyelamat yang mengenakan seragam oranye bekerja dengan latar belakang abu-abu gelap yang membeku.

Sekelompok warga Sumber Wuluh berdiri bersama di atas abu, memandang ke arah kawah Semeru saat asap terus mengepul. Dengan pepohonan yang menghitam dan tak berdaun, mobil-mobil yang terendam air, dan gedung-gedung melengkung di sekelilingnya. Mereka dan hewan-hewan adalah satu-satunya kehidupan di mana segalanya menjadi sunyi.

Indonesia, negara kepulauan dengan lebih dari 270 juta penduduk. Rentan terhadap gempa bumi dan aktivitas gunung api karena terletak di sepanjang “Cincin Api” Pasifik, serangkaian garis patahan berbentuk tapal kuda.

6484