Home Nasional Kisah Amuk Semeru, Pak Harto Minum Degan, Tanggul Raksasa dan Misteri Masjid Ajaib

Kisah Amuk Semeru, Pak Harto Minum Degan, Tanggul Raksasa dan Misteri Masjid Ajaib

Lumajang, Gatra.com- Amuk Semeru Sabtu sore, 04/12, sangat luar biasa. "Ini sepertinya bencana letusan dan lahar terparah Gunung Semeru, setelah bencana serupa tahun 1976 dan 1981," kata Saiful Anam, anggota DPRD dari PDI Perjuangan.

Saiful Anam adalah saksi hidup dari dua letusan besar itu. "Pada 1976, saya kelas lima Sekolah Dasar. Terjadi banjir lahar besar di Sungai Curah Kobokan. Lahar besar itu menyapu habis desa Jugosari. Korban kurang lebih 1000-an jiwa," katanya.

Posisi desa yang hilang itu di bawah jembatan Gladak Perak yang sekarang putus akibat terjangan lahar. Padahal posisi jembatan kurang lebih 25 meter dari dasar sungai Besuk Sat. Ada kejadian ajaib pada 1976 itu, yaitu masjid tetap kokoh berdiri seolah tidak tersentuh lahar. "Padahal rumah-rumah di sekitarnya habis disapu lahar. Saya pernah ke masjid itu," katanya.

Bencana 1976 itu mengundang perhatian dari Presiden Soeharto. "Dikunjungi pak Harto yang saat itu minum air degan (kelapa muda-karena susah air)," katanya.

Kunjungan Pak Harto bukan untuk tebar pesona atau pencitraan. Karena usai kunjungan itu ada proyek besar yaitu pembangunan tanggul raksasa yang kokoh hingga saat ini.

"Tanggul raksasa itu untuk membentengi sungai Curah Kobokan. Sejak itu aman. Tidak ada lahar yang sampai meluber melewati tanggul," katanya.

Kejadian kedua pada 1981, lahar besar melewati sungai Mujur. "Desa yang disapu bernama Penanggal. Korban ratusan jiwa. Kejadian malam, saya melihat esok harinya. Saat itu mayat-mayat sedang diangkat," ungkapnya.

"Sebenarnya Lumajang dialiri banyak sungai dari Semeru. Dari yang paling barat hingga lewat tengah kota. Jadi sebenarnya tidak ada yang aman," katanya.

Setelah tanggul raksasa dibangun sekitar aliran sungai Curah Kobokan semua aman. Termasuk saat letusan Sabtu sore. "Jika Gladak Perak saja putus, tidak terbayangkan besarnya aliran lahar menuju laut. Jika tidak ada tanggul raksasa, puluhan desa bisa tersapu habis," ungkapnya ngeri. Saiful pun memuji semua itu berkat jasa Pak Harto. Alfatihah buat Pak Harto.

30586