Medan,Gatra.com – Sekretaris Jenderal (Sekjend) Forum Masyarakat Literasi Indonesia (FORMALINDO), Agus Marwan, mengakatan, Kabupaten Tana Tidung di Kalimantan Utara merupakan daerah yang paling progresif menyelenggarakan pembelajaran di masa pandemi.
Dalam pertemuan dengan wartawan di Medan, Kamis (2/12), calon doktor studi pembangunan dari Universitas Sumatera Utara (USU) itu mengatakan, Tana Tidung berhasil mempertahankan partisipasi belajar siswa di masa pandemi sampai 98%.
Tingginya angka partisipasi belajar ini tidak lepas dari lima strategi Tana Tidung, yaitu penggunaan bahan ajar bermakna dan kontekstual, pendampingan belajar, budaya baca, monitoring dan evaluasi, serta pembukaan sekolah.
"FORMALINDO senang sekali bisa mengambil peran mendukung Tana Tidung mendesain ke lima strategi ini," ujarnya.
Lebih lanjut Agus mengatakan, selain lima strategi tadi, kunci keberhasilan Tana Tidung terletak kepada kepemimpinan Bupati Ibrahim Ali. Ia mengatakan, learning loss merupakan masalah yang dihadapi semua daerah di Indonesia, namun respons kepala daerah berbeda-beda. Semakin visioner seorang kepala daerah, maka semakin serius dan sistematik daerah itu mengantisipasi learning loss.
Sejumlah penelitian internasional telah menunjukkan bahwa learning loss tidak cukup diatasi hanya dengan membuka sekolah. Upaya mengatasi learning loss harus diikuti dengan pemulihan pembelajaran melalui assessment ulang kemampuan siswa, baik secara kognitif maupun non-kognitif, melakukan pembelajaran terdiferensiasi, dan menggunakan kurikulum sederhana. Semua ini membutuhkan dukungan dari kepala daerah.
"FORMALINDO senang sekali bisa membantu kepemimpinan Bupati Ibrahim Ali di masa pandemi. Sebagai bentuk apresasi, Bupati Ibrahim Ali memberikan penghargaan kepada FORMALINDO dalam perayaan Hari Guru Nasional 2021," ungkapnya.
Keberhasilan program pendidikan di Tana Tidung pada masa pandemi, juga diakui Kemdikbudristek. Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemdikbudristek, Anindito Aditomo, mengatakan, pihaknya memakai pengalaman dari Tana Tidung menjadi kebijakan nasional.
Menurutnya, melalui studi yang dilakukan Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak), Kemdikbudristek menggunakan praktik baik dari Tana Tidung ke dalam lima poin rekomendasi nasional untuk pemulihan belajar. Rekomendasi ini diharapkan menjadi contoh yang dapat dipakai daerah lain di Indonesia.
Lebih lanjut Anindito mengatakan, Tana Tidung mengadopsi kurikulum yang disederhanakan oleh pemerintah pusat. Ini menunjukkan komitmen untuk fokus pada pembelajaran yang lebih esensial.
Tidak hanya itu, Tana Tidung juga memfasilitasi terbentuknya tim fasilitator daerah yang bekerja sama dengan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) dan Tanoto Foundation.
Tana Tidung juga melakukan adaptasi materi dari pusat agar lebih sesuai dengan konteks lokal, dan menguatkan kapasitas guru dalam melakukan pembelajaran yang sesuai tahap kemampuan siswa.
Ia memuji Tana Tidung karena melatih guru dan memberi kesadaran tentang pentingnya mengetahui tingkat kemampuan murid di awal pembelajaran dengan melakukan assessment diagnostik. Pemerintah Tana Tidung juga memfasilitasi kolaborasi melalui KKG dan MGMP yang didukung komitmen anggaran dari pemerintah daerah.
Inovasi dari Tana Tidung ini diharapkan menjadi contoh bagi daerah lain. "Ini menunjukkan pemda memiliki peran penting dalam mentransformasikan pendidikan, peran yang tidak mungkin digantikan oleh pemerintah pusat," terangnya secara virtual dalam acara HGN 2021.
Studi Bank Dunia yang dirilis September 2021, memperkirakan learning loss memicu penurunan hasil pembelajaran siswa Indonesia mencapai 0,9-1,2 tahun pembelajaran. Padahal, sebelum pandemi saja lama bersekolah siswa Indonesia rata-ratanya hanya 12,4 tahun atau setara kelas 3 SLTA.
Sedangkan kemampuan belajar hanya setara dengan 7,8 tahun pembelajaran atau setara kelas 2 SLTP. Sedangkan studi Puslitjak Kemdikbudristek menemukan siswa kelas awal (siswa kelas 1-3 SD) mengalami learning loss di bilang literasi dan numerasi sampai 6 bulan lamanya.
Jika kondisi ini tidak direspons serius, maka anak-anak yang mengalami learning loss akan mengalami dampak negatif di bidang sosial dan ekonomi. Mereka bisa kehilangan pendapatan tahunan sebesar Rp7 juta saat dewasa nanti.
adapun FORMALINDO, ini merupakan organisasi nirlaba yang dibentuk di Sumatera Utara. FORMALINDO bertujuan mempromosikan dan mengembangkan program literasi di tengah masyarakat.
FORMALINDO menggunakan pengalaman dan hasil, baik dari program USAID PRIORITAS, sebuah program pendidikan yang didanai Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Program ini diimplementasikan tahun 2012- 2017 dengan tujuan membawa pendidikan berkelas dunia kepada banyak siswa di Indonesia.