Jakarta, Gatra.com – Direktur Eksekutif Walhi Jakarta, Tubagus Soleh Ahmadi, mengindikasikan bahwa dari segi kesehatan lingkungan, Jakarta sedang sakit dan tubuhnya rentan terhadap penyakit lingkungan, yaitu polusi.
Tubagus menyebut bahwa sumber penyakit di tubuh Jakarta adalah masalah-masalah polusi, seperti kualitas udara yang buruk hingga pencemaran sampah.
“Kalau kita membayangkan manusia, kalau tubuhnya rentan, dia akan mudah terkena serangan penyakit. Jadi kalau kita lihat memang hak atas lingkungan di Jakarta, hak itu bagaikan mimpi di kota ini,” ujar Tubagus dalam sebuah webinar yang digelar pada Selasa (30/11).
Tubagus menuding bahwa negara, dalam hal ini pemerintah, cenderung abai dan bahkan pasif untuk menjamin hak setiap warga negara terhadap lingkungan yang sehat.
“Seharusnya kan dia dalam hak ekonomi, sosial, budaya, termasuk lingkungan hidup harusnya negara aktif,” ujar Tubagus.
Tubagus menambahkan bahwa penyakit yang diderita Jakarta itu tak hanya terjadi baru-baru ini saja. Ia menyebut bahwa hal tersebut bahkan sudah terjadi sejak beberapa dekade ke belakang.
Walhi mencatat bahwa intensitas kejadian bencana ekologis di Jakarta mengalami peningkatan dari dekade sebelumnya. Sialnya, hal tersebut berimbas pada wilayah-wilayah lain di sekitar Jakarta, seperti Banten.
Walhi mencatat bahwa luasan wilayah Banten yang rentan terhadap bencana pada tahun 2012 hanya sekitar 52%-53%. Sementara pada tahun 2019-2020, luasan tersebut meningkat menjadi sekitar 90% lebih.
“Kalau di Jakarta itu hampir seluruhnya itu rentan bencana ekologis dan bahkan kerentanannya sangat tinggi sekali,” kata Tubagus.
Apabila ini tak segera dihentikan, kata Tubagus, akumulasi pencemaran di Jakarta dan beberapa wilayah di sekitarnya akan berdampak luas. Ia menyebut bahwa bencana ekologis kian mengintai ibu kota.