Kendal, Gatra.com – Kiprah Nur Hidayah (32 tahun) warga Desa Bulugede Kecamatan Patebon Kendal Jawa Tengah yang merintis usaha serbuk rempah sejak beberapa tahun terakhir, membuahkan hasil dengan mengekspor produk usahanya ke berbagai negara.
Pria lulusan Sekolah Bisnis Muslim (SBM) berhasil merambah pasar di Jepang, Singapore, Taiwan dan Hongkong. Tak ayal, hal ini berdampak pada meningkatnya omset dari bisnisnya hingga mencapai Rp 23 juta perbulan.
"Sebelum ikut SBM omset saya ini tidak sebesar itu, cuma dikisaran Rp 11 jutaan. Omset saya meningkat setelah dapat ilmu bisnis dari SBM pada Oktober kemarin," katanya usai mengikuti acara wisuda SBM ke 4 di Gedung Balai Dakwah Muhammadiyah Kendal, Minggu (28/11)
Dikatakan, sekolah bisnis dijalaninya selama 10 hari berhasil membawa perubahan pada bisnis yang ditekuninya. Sebelum mengikuti sekolah bisnis, Nur mengaku bisnisnya berjalan stagnan. Kondisi itu diperparah akibat pandemi covid-19.
"Saya dapat kabar ada peluang ikut sekolah. Saya langsung daftar untuk meningkatkan usaha saya dengan pelatihan ini. Saya ikut, dan ada banyak peserta lain juga," terangnya.
Dikatakan, hal penting yang ia dapat adalah bagaimana teknik memperluas jangkauan pasar usahanya agar omzet produk terus meningkat. Dengan kerja keras dan keyakinan, ia kini sudah bisa ekspor produk serbuk rempahnya ke berbagai negara.
Sementara itu, ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal (MEK PDM) Noer Agoes Hidayat mengatakan, SBM ke 4 tahun 2021 diikuti sedikitnya 39 peserta.
SBM merupakan sekolah bisnis yang diselengarakan Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (MEK PDM) Kendal, bertujuan membantu atau memberikan pembelajaran kepada masyarakat Kendal terkait usaha atau bisnis di masa pandemi.
"Sebelumnya peserta yang mengikuti SMB angkatan ke-4 ini ada sekitar 50 peserta. Namun yang dinyatakan lulus dan bisa mengikuti wisuda ke- 4 oleh panitia saat ini hanya 39 peserta saja," katanya.
Agoes menjelaskan, untuk mengikuti SMB tidak ada ketentuan syarat tertentu, namun yang dibutuhkan hanya komitmen dari peserta untuk terus mengikuti pembelajaran hingga selesai.
Saat pembelajaran, para peserta mendapatakan materi pembelajaran tentang bagaimana memulai usaha dan mengembangkan usaha. Peserta juga mendapat dana pinjaman dari pihak penyelenggara, namun dana pinjaman yang diberikan kepada para peserta itu tidak semua sama nilainya, karena latar belakang dari para peserta itu berbeda- beda.
"Banyaknya latar belakang dari para peserta, itu menjadikan tantangan tersendiri bagi kami untuk lebih bisa memberikan pembelajaran dan bisa untuk saling tukar ilmu dan pengalaman," ujarnya.
Ia mengaku, kondisi pandemi menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan SBM. Namun pihaknya terus berupaya dan mencari solusi agar pelaksanaan SBM bisa berjalan dengan lancar dan maksimal.
"Sudah banyak alumni SBM yang sudah sukses usai mengikuti sekolah bisnis ini. Malah sudah ada salah seorang alumni SMB yang sudah sukses mengembangkan usahanya hingga bisa mencapai omset Rp30 juta perhari. Padahal waktu itu hanya kita beri dana pinjaman atau modal usaha sekitar Rp 15 juta saja," terangnya.