Brebes, Gatra.com - Puluhan hektar lahan pertanian bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah terendam banjir. Petani terpaksa memanen dini agar tidak mengalami kerugian lebih besar.
Petani bawang merah yang juga Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari mengungkapkan, setelah hujan deras pada Senin (22/11) sore hingga Selasa (23/11) pagi, banyak lahan pertanian bawang merah di sejumlah kecamatan terendam banjir, salah satunya di Kecamatan Wanasari.
"Setahu saya, di Kecamatan Wanasari saja yang terendam banjir sedikitnya 18 hektar. Mungkin kalau se-Brebes ya bisa puluhan hektar," ujar Juwari, Rabu (24/11).
Menurut Juwari, bawang merah yang terendam banjir tersebut rata-rata baru berumur 40 hari sehingga belum dapat dipanen. Normalnya, bawang merah baru bisa dipanen jika sudah berumur minimal 60 hari.
Meski demikian, petani terpaksa memanen bawang merah yang terkena banjir agar kondisinya tidak semakin rusak atau membusuk dan gagal panen. "Kalau sudah terendam gitu ya gampang busuk. Harus cepat-cepat dijual. Di atas dua hari sudah busuk itu. Jadi akhirnya panen dini," ujar Juwari.
Akibat panen dini tersebut, petani dipastikan mengalami kerugian. Sebab bawang merah yang dipanen dini susah untuk dijual.
"Kalau misal 40 hari dipanen paling untuk konsumsi sendiri, untuk sayur. Kalau dijual nggak laku, karena masih kecil-kecil. Kalau yang umur 50 hari mungkin bisa laku di pasar," jelasnya.
Menurut Juwari, jika pun masih bisa dijual, bawang merah hasil panen dini harganya akan rendah. Padahal, saat ini harga bawang merah sudah anjlok.
Juwari menyebutkan, harga bawang merah yang super atau grade A anjlok menjadi Rp12.000-Rp13.000 per kilogram dari normalnya Rp20.000-Rp30.000 per kilogram.
"Kalau yang grade B atau sedang itu Rp10.000 per kilogram, terus yang grade C atau kecil itu Rp8.000 per kilogram. Normalnya, grade B itu Rp18.000, kemudian grade C itu Rp15.000 - Rp16.000," ujarnya.
Juwari berharap asuransi pertanian untuk tanaman bawang merah bisa segera direalisasikan, seperti padi. Hal ini agar petani tidak mengalami kerugian jika tanaman bawang merahnya terdampak bencana seperti banjir.
"Selama ini asuransi tanaman bawang merah sudah ada peraturan menteri pertaniannya, cuma belum ada realisasinya. Belum ada penyandang dananya. Bawang merah itu rawan. Dia mudah kena hama, mudah rusak," ujarnya.
Juwari juga berharap pemerintah membantu penyerapan bawang merah di petani sehingga harganya bisa lebih stabil. "Ini bawang merah lagi banyak sekali. Pemerintah tolong bantu penyerapan. Misalnya mewajibkan ASN atau pegawai BUMN untuk membeli. Itu sangat membantu. Bisa juga diserap oleh Bulog atau PT Perusahaan Perdagangan Indonesia," ucapnya.
Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Brebes, Tanti Palupi membenarkan banyaknya lahan pertanian bawang merah terendam banjir yang terjadi pada Selasa (23/11).
Berdasarkan hasil pendataan sementara DKP, terdapat 44 hektar lahan pertanian di beberapa desa di Kecamatan Wanasari yang terendam banjir. Mayoritas adalah lahan pertanian bawang merah.
"Jumlah 44 hektar itu lahan pertanian bawang merah dan padi. Cuma yang padi lebih sedikit. Itu persemaian sekitar 1,2 hektar. Sisanya bawang merah," ujarnya, Rabu (24/11).
Tanti mengatakan, umur bawang merah yang terendam banjir berkisar 40-50 hari karena rata-rata baru ditanam pada Oktober. Jika tidak segera dipanen dan terendam banjir lagi, maka akan puso.
"Karena ini bencana alam, panen dini adalah langkah paling cepat untuk mengatasi persoalan. Kalau lebih dari tiga hari terendam itu pasti puso, tidak bisa diselamatkan. Jadi sejak kemarin sampai hari ini petani panen dini untuk menekan potensi kerugian yang besar," ujarnya.