Kolombo, Gatra.com – KBRI Kolombo mengajak masyarakat keturunan Jawa di Kota Kinniya, Sri Lanka untuk memainkan angklung secara bersama mengiringi dua buah lagu dari Indonesia dan Sri Lanka. Kegiatan tersebut berlangsung pada acara pentas seni dan budaya yang diselenggarakan oleh KBRI Kolombo bekerja sama dengan masyarakat keturunan Jawa di Kinniya, Trincomalle, Sri Lanka, Minggu (21/11).
Masyarakat Kinniya menyambut baik kegiatan pentas seni budaya yang dilaksanakan dengan protokol kesehatan tersebut. Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat keturunan Jawa serta undangan lainnya dalam jumlah terbatas.
"Penyelenggaraan pentas seni budaya bertujuan mempererat tali silahturahmi dan persaudaraan dengan masyarakat keturunan Indonesia di kota Kinniya," ujar Kuasa Usaha Ad-Interim KBRI Kolombo, Heru Prayitno.
Masyakat Kinniya berharap agar KBRI dapat senantiasa melakukan kegiatan bersama dengan masyarakat Kinniya, baik dalam bentuk pentas seni budaya maupun kegiatan lainnya. Tujuannya agar dapat mempererat kecintaan terhadap tanah leluhur di Indonesia.
Selain penampilan angklung, pentas seni budaya juga menampilkan dua tarian Indonesia, yaitu tari Rantak dan tari Zapin. Ada pula penampilan seni musik tradisional dan seni bela diri masyarakat Kinniya.
Dalam keterangan pers yang diterima Gatra.com, salah satu tokoh masyarakat Kinniya keturunan Jawa, Mr. Abdul Latif Lafeer lantas menjelaskan soal masjid bersejarah.
Masyarakat keturunan Jawa di Kinniya membangun sebuah masjid yang bernama “Masjid Jawa Jummah” yang berdiri sejak abad 16 dan disahkan keberadaannya di atas tanah hibah oleh Pemerintah Inggris pada 1904. Pada 11 Juli 1959, Department of Muslim Religious and Cultural Affairs Pemerintah Sri Lanka menetapkan Masjid Jawa Jummah sebagai masjid yang terdaftar secara resmi yang beralamat di Jalan Jawa Kinniya, Trincomalle.
Kinniya merupakan kota yang terletak di pinggir pantai sebelah timur Trincomalle yang termasuk provinsi bagian Timur Sri Lanka. Kota tersebut berjarak 240 km dari ibu kota Kolombo. Pada masa lalu, masyarakat keturunan Jawa di Kinniya pada umumnya berniaga mutiara dan gading. Banyak anggota masyarakat mempunyai catatan silsilah asal keturunannya yang menyebut asal mereka dari Pulau Jawa Indonesia.