Jakarta, Gatra.com - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan kecenderungan perbaikan kinerja ekonomi nasional berlanjut. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), indikator pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2021 naik sebesar 3,51% (year-on-year).
Teten memaparkan sejumlah upaya pemulihan ekonomi yang terus dilakukan pemerintah, yakni melalui hibah modal kerja untuk usaha mikro dengan target 12,8 juta usaha mikro, telah disalurkan 100% dengan anggaran Rp15,36 triliun dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan target RP285 triliun. Telah terealisasi 244,9 triliun atau 85,92 persen dengan jumlah penerima 6,48 juta debitur.
"Serta penyaluran modal kerja bagi koperasi melalui LPDB (lembaga Pengelola Dana Bergulir) dengan target 1,6 triliun sudah terealisasi 80,27% kepada 162 koperasi." jelasnya pada sesi temu media secara daring yang diadakan BukuWarung pada Kamis (18/11).
Selain itu, Teten menuturkan bahwa berdasarkan hasil riset dari UNDP pada tahun 2021, selama PPKM Darurat 1 dari 3 UMKM mengalami masalah pendanaan usaha dan pembayaran cicilan hutang.
"Usaha mikro dan kecil sulit mendapatkan pembiayaan formal karena tidak memiliki aset untuk dijaminkan serta tidak adanya pencatatan laporan keuangan." terangnya.
Teten menyebut kementeriannya sedang mengembangkan sebuah aplikasi yang disebut Lamikro (laporan akuntansi usaha mikro) untuk membantu pelaku usaha mikro membuat sistem laporan keuangan sederhana dan mudah digunakan.
"Melalui undang-undang Cipta kerja yang diturunkan dalam PP Nomor 7 Tahun 2021 diamanatkan memberikan kemudahan pembiayaan bagi UMKM yaitu pembiayaan mudah dan murah bagi UMKM, serta pemerintah pusat bertanggung jawab fasilitas sistem pelaporan secara elektronik. " jelasnya.
Menurut Teten, pembiayaan akan lebih efektif jika diikuti dengan digitalisasi. Digitalisasi menjadi pemantik percepatan pemulihan ekonomi nasional.
"Berdasarkan data IDEA, saat ini sebanyak 16,4 juta UMKM atau 25,6% telah terhubung ke ekosistem digital."
Selain itu, lanjut Teten, penggunaan layanan digital juga meningkat selama pandemi, hal ini didukung jumlah penyedia layanan e-wallet di Indonesia yang mencapai lebih dari 5 operator yang telah mendapatkan regulasi dari Bank Indonesia pada tahun 2020.
"Fintech juga bertumbuh sangat pesat. Total oustanding pada September 2021 mencapai 27,48 triliun atau bertumbuh 55,1% dari Januari 2021," katanya.