Jakarta, Gatra.com – Resistensi antimikroba (AMR) termasuk salah satu masalah kesehatan global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah kematian yang disebabkan AMR mencapai 700 ribu orang per tahun. Bahkan, angkanya diperkirakan tembus hingga 10 juta orang per tahun pada 2050.
Hal tersebut disampaikan Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Kalsum Komaryani, dalam diskusi daring pada Kamis (18/11).
Dia menambahkan, distribusi kematian terbanyak berada di Asia yaitu 4,73 juta, lalu Afrika 4,15 juta, Amerika Latin 392 ribu, Eropa 390 ribu, Amerika Utara 317 ribu, dan Oceania 22 ribu.
“Secara sederhana, AMR adalah suatu kondisi di mana obat antimikroba tidak berkhasiat lagi ketika diberikan kepada seseorang atau hewan atau tanaman yang mengalami infeksi. Kondisi ini tidak kita harapkan ya, sehingga kesadaran mengenai AMR dan risikonya perlu ditingkatkan,” jelas Yani.
Yani menuturkan, AMR juga dapat menimbulkan dampak ekonomi. Masalah ini bisa mengakibatkan penurunan produk domestik bruto sekitar 2–3,5% serta membebani dunia sampai US$100 triliun. Dia pun mengajak masyarakat agar memakai antimikroba sesuai anjuran dokter.
WHO sendiri sudah menetapkan tanggal 18–24 November sebagai 'Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia'. Istilah antimikroba dipilih untuk merepresentasikan cakupan yang lebih luas, yakni obat-obat antibiotik, antivirus, antiparasit, dan antijamur.
Jika ditinjau dari segi kesehatan, ada sejumlah faktor penyebab AMR. Mulai dari tidak ada indikasi, dosis dan indikasi tidak tepat, dan pemilihan antimikroba tidak sesuai. Kemudian, juga karena tak mempertimbangkan parameter farmakokinetik dan farmakodinamik, waktu dan durasi pemberian tidak tepat, serta tanpa melakukan de-eskalasi.
Resistensi antimikroba termasuk isu prioritas yang akan diangkat dalam pertemuan G20 tahun depan. Saat ini, kejadian tersebut tidak lagi dilihat sebagai masalah yang berdiri sendiri, melainkan juga terkait dengan berbagai sektor seperti kesehatan masyarakat, hewan, rantai makanan, pertanian, hingga lingkungan.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Kementerian Pertanian (Kementan) serta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya meningkatkan kesadaran mengenai AMR dan risikonya. Selain itu, juga mengedukasi pentingnya penggunaan antimikroba secara bijak dan bertanggung jawab.