Banyumas, Gatra.com – Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara, Aditya Chandra Putra, mengimbau masyarakat mewaspadai potensi terjadinya gelombang ketiga Covid-19 pada Desember mendatang.
Karena itu, masyarakat diminta waspada dan tak mengabaikan protokol kesehatan. Ia juga menyebut, variasi gejala klinis Covid-19 bukan hanya seputar saluran pernapasan.
Saat ini, kata dia, sudah banyak ditemukan gejala klinis Covid-19 yang berbeda dari sebelumnya. Varian-varian baru gejala di antaranya, sakit kepala, nyeri telan atau nyeri tenggorokan, dan diare.
“Gelombang ketiga ini semoga tidak terjadi. Namun harus tetap waspada. Pada gejala klinis Covid-19 yang sebelumnya sebagian besar berkaitan dengan keluhan demam dan saluran napas, tapi semakin banyak varian-varian baru yang ditemukan dengan gejala yang lebih bermacam-macam, seperti sakit kepala, nyeri telan atau nyeri tenggorokan, dan diare,” kata Aditya, Selasa (16/11).
Karena itu, dia berharap saat seseorang merasakan demam lebih dua hari dan ada gejala klinis tersebut di atas, tidak menunda dan segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Dari teori-teori yang ada, penularan Covid-19 ini sangat cepat dan mudah. Benteng utamanya tetap protokol kesehatan 3 M, mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. Ia berharap warga tak sampai menunda vaksin.
Kaitannya dengan mudahnya penularan Covid-19 ini, virus ini juga bisa menempel pada bahan yang ditemukan sehari-hari bahan plastik dan metal. Supaya tak tertular, Aditya mengimbau ketika di luar ruangan tidak sembarangan memegang baran-barang berbahan tersebut.
“Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa virus SARS Cov-2 bisa bertahan lama di udara selama beberapa jam dan di benda mati seperti besi, aluminium, kayu, kaca, plastik bisa sampai beberapa hari, sehingga cuci tangan setelah memegang benda apa pun di luar rumah harus menjadi kebiasaan untuk mencegah terpapar virus tersebut,” sebutnya.
Terkait pemeriksaan menggunakan antigen, hal itu tetap dilakukan sebagai skrining awal, apakah pasien terpapar SARS CoV-2 atau tidak. Sedangkan polymerase chain reaction (PCR) juga dilakukan sebagai metode pemeriksaan SARS CoV-2 dengan metode mendeteksi virus.
“Penggunaan PCR tetap goal standar, untuk memvalidasi seseorang itu terpapar Covid atau tidak. Kalau antigen bisa digunakan sebagai diagnosis dengan kriteria tertentu. Untuk masyarakat umum tetap PCR,” ujarnya.