Yogyakarta, Gatra.com - Varian Delta Plus memang belum terbukti lebih ganas daripada varian aslinya, Delta, salah satu varian virus penyebab Covid-19. Namun pemerintah diminta tetap perlu memperketat perbatasan karena varian itu telah terdeteksi di negeri jiran, Malaysia.
Ketua Kelompok Kerja Genetik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Gunadi, mengatakan varian Delta Plus atau AY.4.2 merupakan hasil mutasi alamiah yang terjadi pada virus termasuk SARS-CoV-2. Namun demikian, hasil mutasi tidak selalu lebih berbahaya.
“Sekali lagi AY.4.2 belum ada bukti yang menunjukkan lebih ganas ya ataupun lebih mudah menular dibandingkan varian induknya, varian Delta (B.1.617.2),” kata Gunadi dalam pernyataan tertulis UGM, Senin (15/11).
Gunadi menyebutkan sampai saat ini belum ada bukti riset soal tingkat keganasan varian ini lebih berbahaya dari varian Delta.
“Otoritas Kesehatan Inggris juga baru menggolongkannya menjadi Variant Under Investigation, belum VOI ataupun VOC,”paparnya.
VOI adalah variant of interest sedangkan VOC variant of concern, yakni istilah untuk menyebut tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi atas suatu varian.
Kendati berasal dari Inggris, saat ini varian ini sudah terdeteksi di Malaysia. Menurut Gunadi, pemerintah tetap harus memperketat perbatasan untuk mengantisipasi masuknya setiap varian baru.
”Sebetulnya pencegahan penyebaran varian apapun termasuk AY.4.2 sama. Mestinya pemerintah sudah antisipasi termasuk terkait perbatasan antar negara,” tegasnya.
Menurut Gunadi, kenaikan lonjakan penularan kasus Covid-19 di Inggris belakangan ini belum tentu disebabkan oleh varian tersebut.
Sebab, kenaikan penularan juga dipicu oleh longgarnya penerapan pembatasan dan protokol kesehatan. “Tergantung banyak faktor, salah satu faktor yang penting adalah bagaimana aktivitas masyarakat khususnya prokes,” ujarnya.
Menurutnya, protokol kesehatan harus diperkuat dalam segala kegiatan di masyarakat hingga tercapainya kekebalan komunal.
Sepanjang Covid-19 belum terkendali dan imunitas kelompok belum terbentuk, prokes ketat dan pembatasan kegiatan warga tetap perlu diutamakan oleh pemerintah. “Kuncinya satu, prokes. Sampai kapan? sampai kekebalan komunal tercapai,” pungkasnya.
Di Yogyakarta sendiri, kasus harian Covid-19 masih fluktuatif kendati temuan pada Senin kemarin cenderung menurun.
"Penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 di DIY 10 kasus, sehingga total kasus terkonfirmasi menjadi 156.335 kasus," papar Kepala Bagian Humas Pemda DIY Ditya Nanaryo Aji.
Penambahan kasus sembuh sebanyak 35, sehingga total sembuh menjadi 150.628 kasus. "Penambahan kasus meninggal sebanyak nol kasus, sehingga total kasus meninggal menjadi 5258 kasus," ujarnya.
Data menunjukkan distribusi 10 kasus itu yakni 5 kasus di Gunungkidul, 3 kasus di Bantul, dan 2 kasus di Sleman. Adapun di Kota Yogyakarta dan Kulonprogo tak ditemukan kasus.