Jakarta, Gatra.com– Empat ilmuwan perempuan muda dianugerahkan National Fellowship 2021 atas rencana penelitian mereka dalam mengembangkan inovasi untuk keberlanjutan dan menyelamatkan kehidupan di bumi.
L’Oréal Indonesia percaya akan pentingnya memajukan sains dan mendukung ilmuwan perempuan melalui berbagai program sains. Termasuk program pendanaan riset L’Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS).
“Science saves lives, kita semua percaya sains mampu menyelamatkan kehidupan. Sains tak hanya berperan di masa sekarang, namun juga menjawab tantangan masa depan, serta mendorong keberlanjutan bumi dan mahluk hidup bagi kita dan generasi berikutnya," kata President Director L’Oréal Indonesia, Umesh Phadke dalam konferensi pers virtualnya, Rabu (10/11).
Sains berkontribusi dalam menyelamatkan kehidupan di bumi, baik kehidupan manusia, flora dan fauna. Mulai dari mahluk hidup terkecil hingga yang terbesar. "Itulah mengapa, L’Oréal Indonesia selama lebih dari 17 tahun berkomitmen untuk terus memajukan perempuan dalam dunia sains,” ungkapnya.
Direktur Komunikasi, Hubungan Publik dan Keberlanjutan L’Oréal Indonesia, Melanie Masriel menambahkan, melalui program pendanaan riset L’Oréal-UNESCO For Women in Science ia berharap keempat pemenang dapat mewujudkan rencana penelitian yang sungguh menginspirasi. Serta menjadi role model dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk terjun di dunia sains.
“Di L’Oréal Indonesia, kami memiliki tujuan bersama untuk menciptakan kecantikan yang menggerakan Indonesia maju. Sebagai perusahaan berbasis sains, kami ingin berkontribusi memajukan dan mendorong kesetaraan gender di dunia sains sehingga lebih banyak lagi ilmuwan perempuan Indonesia berkarya,” jelasnya.
L’Oréal-UNESCO For Women In Science telah diselenggarakan secara internasional selama lebih dari 20 tahun, di lebih dari 52 negara. Di Indonesia, sejak tahun 2004, program ini telah memberikan fellowship dan dukungan dana kepada 63 ilmuwan perempuan.
Tahun ini, L’Oréal-UNESCO FWIS National memberikan dana riset fellowship kepada empat ilmuwan perempuan masing-masing Rp100 juta untuk memulai eksplorasinya. Sehingga dapat memberikan kontribusi penting pada dunia, karena dunia butuh sains, dan sains membutuhkan perempuan.
“Keempat proposal penelitian tahun ini dapat menjadi alarm bagi kita semua untuk mulai turut berkontribusi menjawab permasalahan dan tantangan dunia,” ungkap Melanie.
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Dr. Itje Chodidjah, M.A, menuturkan bahwa sains membantu menyelamatkan kehidupan. "Akselerasi sains telah banyak membantu dunia dalam menangani dampak dari pandemi, mulai dari proses penyebarannya, hingga metode pencegahannya," jelasnya.
Tanpa sains, lanjut dia,k kita tidak akan dapat memahami hal tersebut. Dengan sains kita dapat menghasilkan sesuatu yang berdampak positif, tidak hanya bagi manusia, namun juga bagi seluruh alam semesta ini.
"Hari ini, kita menyambut 4 pahlawan masa kini, keempat ilmuwan perempuan L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2021 yang melalui penelitiannya tidak hanya memikirkan bagaimana memberikan dampak bagi kehidupan manusia, namun juga turut memberikan dampak bagi ekosistem laut,” ungkap Itje.
Sekretaris Jenderal, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Ir Suharti, M.A., pH.D, menambahkan bahwa kita masih punya banyak pekerjaan rumah untuk mendorong kesetaraan gender, termasuk pengembangan sains. Hal ini terlihat dari masih minimnya publikasi tentang kesetaraan gender terutama di bidang sains.
"Program seperti L’Oréal-UNESCO For Women in Science ini perlu terus kita dorong untuk memastikan bahwa kontribusi perempuan di bidang sains terus meningkat. Kami berharap penghargaan ini dapat memberikan dampak yang lebih besar lagi terhadap pengembangan sains di Indonesia,” katanya.
Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Indra Gunawan, SKM, M.A. mengatakan, banyak potensi yang bisa terus dikembangkan, terutama dari anak-anak perempuan. Keempat ilmuwan perempuan L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2021 menjadi role model bagi anak-anak perempuan kita untuk juga mengikuti jejak para ilmuwan perempuan di Indonesia.
"Bersama berbagai pihak lainnya, kami dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ingin terus mendorong anak perempuan untuk mau terjun di dunia ilmu pengetahuan, terutama sains dan teknologi agar semakin banyak perempuan Indonesia bisa berkontribusi di bidang tersebut,” kata Indra.
Diketuai oleh Prof. Dr. Endang Sukara, Dewan Juri telah menetapkan empat pemenang L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2021 berikut profilnya:
1. Febty Febriani, Ph.D dari Peneliti di Pusat Riset Fisika – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN):
Melihat letak geografis Indonesia yang rentan terjadinya gempa dan tsunami, Febty ingin menganalisis karakteristik heterogenitas kerak di Indonesia untuk mengurangi risiko bencana gempa bumi dan tsunami.
“Melalui sains, saya ingin berkontribusi menyelamatkan kehidupan manusia dengan mengembangkan early warning system prakiraan kejadian gempa dan memetakan heterogenitas kerak bumi Indonesia,” katanya.
Febty sedang melakukan analisa pada data geomagnetik dalam rangka memetakan karakteristik heterogenitas kerak bumi Indonesia dan membangun sistem dengan metode yang divalidasi untuk menentukan prakiraan gempa jangka pendek dengan menggunakan data geomagnetik.
Harapan Febty, metode ini nantinya dapat digunakan sebagai early warning system yang dapat memperkirakan akan terjadinya gempa pada masa yang akan datang.
2. Fransiska Krismastuti, Ph.D dari Peneliti di Pusat Riset Kimia – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN):
Fransiska memiliki ketertarikan dalam dunia sains berawal di bangku kuliah. Ia melihat bahwa limbah galvanisasi ternyata memiliki khasiat baik bagi penderita luka kronis akibat diabetes dan tertarik untuk meneliti lebih jauh bagaimana limbah ini dapat menjadi solusi penyembuhan.
Ia berharap dapat menggunakan ZnO dari limbah industrial galvanisasi (pelapisan baja) dan pewarna alami ANT dari kol ungu sebagai alat prognostik luka kronis yang mampu mencegah pertumbuhan bakteri pada luka dan mendeteksi kemajuan pada proses penyembuhan luka yang bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien.
“Melalui sains, saya ingin berkontribusi menyelamatkan kehidupan manusia khususnya penderita luka kronis akibat diabetes dengan memanfaatkan limbah galvanisasi," paparnya.
3. Dr. Magdalena Lenny Situmorang dari Kelompok Keilmuan Bioteknologi Mikroba, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung, Indonesia:
Lenny meyakini bahwa era ekonomi biru harus mengutamakan pendekatan One-Health, dengan memprioritaskan kesehatan hewan, lingkungan dan manusia. Dalam penelitiannya, Lenny melihat potensi yang besar di bidang akuakultur, di mana ia ingin melihat bagaimana mengembangkan budidaya udang yang baik
Sehingga tidak hanya memberikan produktivitas yang tinggi, namun dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan, serta secara sinergis menghasilkan produk udang dengan mutu dan keamanan yang tinggi untuk perlindungan kesehatan manusia.
Ia berharap dapat mendukung industri budidaya udang di Indonesia untuk menjadi lebih tangguh dan berkelanjutan. “Melalui sains, saya ingin berkontribusi menyelamatkan kehidupan udang dengan ekosistem perairan yang terjaga guna meningkatkan keberlanjutan industri udang dan menjamin kesehatan manusia,” jelasnya.
4. Peni Ahmadi, Ph.D dari Peneliti di Pusat Riset Bioteknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN):
Menyadari bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis pantai terbesar ketiga di dunia dan keanekaragaman biota laut yang luar biasa kaya, Peni melihat potensi ini dapat dijadikan sebagai sumber bahan obat untuk berbagai penyakit, salah satunya kanker payudara.
“Melalui sains, saya ingin berkontribusi menyelamatkan perempuan dari kanker payudara dengan memanfaatkan biota laut Indonesia yang sangat beraneka ragam," ungkap Peni.
Melalui penelitian yang ia lakukan, Peni berharap dapat menciptakan terapi yang dapat membantu menyembuhkan kanker payudara tanpa memberikan efek samping yang berbahaya bagi pasien.