Jakarta, Gatra- Polri membantah bahwa ledakan yang terjadi di kediaman orang tua pembela HAM, Veronica Koman, merupakan bom atau tergolong aksi terorisme. Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono, ledakan itu hanya berasal dari petasan saja.
"Dari apa yang didapat tidak menjurus ke sana (terorisme) karena bahan peledaknya dari informasi pun itu hanya petasan saja yang diledakkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," kata Rusdi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (10/11).
Soal bentuk ancaman dan motif, Polri belum bisa memastikannya. Menurut Rusdi, langkah pertama mengetahui motif adalah mengetahui pelakunya terlebih dahulu. Sementara untuk pelaku yang diduga berjumlah dua orang, Rusdi menyebut itu baru hasil dari rekaman CCTV dan perlu didalami lebih lanjut.
"Setelah pelakunya diketahui, baru kita dapat mengetahui motifnya. Polri tidak berandai-andai terhadap motif daripada suatu tindakan," Rusdi menegaskan.
Rusdi mengatakan, kasus ini terus diproses sebab segala sesuatu yang melanggar hak warga negara tentu akan ditangani Polri. Kasus ini masuk wilayah Polres Metro Jakarta Barat, tapi fokus ditangani oleh Polda Metro Jaya.
Kronologis kejadian ledakan di rumah keluarga Veronica Koman dikabarkan melalui cuitan akun Twitter Amnesty International Indonesia, @amnestyindo pada Senin, (8/11) lalu. Amnesty Indonesia menyebut, sebuah benda diduga bom meledak di rumah orang tua Veronica Koman sekitar pukul 10.26 WIB pada (7/11). Di tempat kejadian, ditemukan secarik kertas bertuliskan ancaman dari Laskar Militan Pembela Tanah Air. Hari itu, serangan terjadi sebanyak dua kali.
"Kejahatan ini diduga dilakukan secara terencana. Kasus ini tengah ditangani oleh kepolisian. Kami mengapresiasi penanganan dari Polres Jakarta Barat. Kami mendesak pemerintah dan aparat kepolisian @DivHumas_Polri untuk menemukan pelaku dan membawanya ke pengadilan," tulis Amesty International Indonesia.
Sebelum ledakan itu, sebenarnya keluarga Veronica Koman pernah menerima teror pada Minggu (24/10) pagi. Itu adalah serangan pertama yang diterima keluarga Veronica. Amnesty menyebut, aksi itu dilakukan oleh dua orang yang mengendarai sepeda motor. Pelaku menggantungkan sebuah bungkusan di pagar rumah orang tua Veronica Koman, dan tidak lama kemudian bungkusan tersebut terbakar.
Serangan kedua pada (7/11) lalu dilakukan oleh setidaknya dua orang yang mengendarai sepeda motor. Pada pukul 10.26 WIB, pelaku melemparkan dua bungkus berwarna hijau dan kuning yang diduga berisi bahan peledak dan kemudian meledak di garasi.
"Peristiwa serangan kedua ini disaksikan oleh pekerja rumah tangga yang sedang mencuci mobil dan tukang air PAM. Kondisi pagar rumah saat itu sedang terbuka. Ledakan (diduga) bom tersebut terdengar hingga cukup jauh sehingga menyebabkan warga berkerumun," tulis Amnesty International Indonesia.
Pada hari yang sama, (7/11), Amnesty International Indonesia menyebut bahwa terjadi serangan ketiga di rumah kerabat Veronica Koman, berupa kiriman paket berisi bangkai ayam dan surat ancaman.