Tbilisi, Gatra.com - Mantan Presiden Georgia, Mikheil Saakashvili mengatakan bahwa dia mengalami tindak penganiayaan di dalam masa penahanannya.
Dia mengaku dipukuli serta sempat diseret rambutnya. Pengakuan Saakashvili tersebut disampaikan melalui pengacaranya, Nika Gvaramia.
Sehari sebelumnya, pihak berwenang Georgia mengumumkan bahwa Saakashvili telah dipindahkan usai melakukan aksi mogok makan, dari penjara Rustavi ke klinik penjara Gldani.
Terkait pemindahan tersebut, Nika Gvaramia menuturkan bahwa pemerintah telah berbohong karena sebelumnya menjanjikan untuk memindahkan mantan presiden ke rumah sakit sipil seperti yang diminta oleh pengacara dan pihak oposisi.
"Salah satu petugas penjara berkata kepada saya, "kami telah menangkapmu" dan melontarkan umpatan. Saya menanyakan namanya, tetapi dia tidak menjawab. Kemudian, mereka langsung menyeret saya keluar dari mobil meski saya telah melakukan penolakan," tulis surat itu.
Selepas itu, Saakashvili mengaku dilempar ke tanah dan beberapa kali menerima hantaman di bagian leher kemudian dijambak rambutnya.
Saat dirawat, Saakashvili mengaku sempat merusak sejumlah peralatan medis ketika mendapatkan semacam suntikan. Saakashvili menolak tindakan medis apa pun selain dari dokter pribadinya. Menurutnya tujuan pemindahan ke rumah sakit itu untuk mencelakakan dirinya.
"Saya tidak ingin membiarkan provokasi apa pun. Saya dipaksa untuk melawan tindakan kekerasan fisik, tetapi saya di sini sendirian, dan ada kalian banyak, karena itu tidak ada yang bisa mengalahkan Anda," tulis politisi itu dalam suratnya, dikutip kantor berita ria novosti, Selasa (9/11).
Sebelumnya, Kementerian Kehakiman Georgia menginformasikan bahwa Saakashvili telah menghina staf rumah sakit penjara dan merusak sejumlah peralatan mahal.
Mantan presiden itu dilaporkan sempat melakukan aksi mogok makan. Pengacara Saakashvili dan dokter pribadi mengatakan kondisinya kritis. Pada saat yang sama, pada 6 November lalu, pihak berwenang Georgia merilis video di mana Saakashvili tengah makan dan meminum jus serta menunjukkan foto-foto makanan yang diterimanya.
Otoritas Georgia meyakini bahwa sang mantan presiden dalam kondisi stabil.
Saakashvili kembali ke Georgia pada 1 Oktober lalu setelah tujuh tahun meninggalkan negara tersebut. Dia langsung ditahan kepolisian atas dasar sejumlah kasus kriminal. Secara khusus, ia dihukum secara in absentia dalam kasus pembunuhan bankir Sandro Girgvliani dan penyerangan politisi Valery Gelashvili. Dalam kasus pertama, Saakashvili dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, sementara kasus kedua dijatuhi hukuman enam tahun penjara.
Saakashvili juga harus menghadapi tuduhan keterlibatan dalam kasus pembubaran unjuk rasa oposisi pada 7 November 2007, kampanye kebencian etnis melalui perusahaan Imedi TV dan penggelapan dana negara yang prosesnya masih berlangsung pengadilan. Selain itu, ia juga didakwa terkait tindakan menyeberang wilayah perbatasan secara ilegal.