Home Milenial Ciptakan Gelang Pemantauan Prokes, Siswa SMP di Yogya Raih Award BRIN

Ciptakan Gelang Pemantauan Prokes, Siswa SMP di Yogya Raih Award BRIN

Yogyakarta, Gatra.com - Prihatin dengan rendahnya kesadaran rekan-rekannya di SMPN 5 Kota Yogyakarta yang tidak peduli pada protokol kesehatan (prokes), dua siswa kelas IX sekolah tersebut menciptakan gelang pantau yang bisa mendeteksi adanya kerumunan. 
 
Diberi namaMoster Prokes, gelang pantau ini diciptakan oleh Fadlan Raya Effendi dan Maximus Quinn Hertada. Selama delapan bulan melakukan riset, mendesain, sampai memprogram gelang itu, keduanya didampingi Maria Faeka Christiani sebagai guru pembimbing. 
 
"Karya ini berdasarkan keresahan kami selama pembelajaran tatap muka. Kami melihat siswa-siswa tidak taat prokes. Kami pun mencoba membuat sebuah alat berupa gelang yang praktis digunakan dan mampu memonitor siswa selama PTM," kata Maximus, Kamis (4/11). 
 
Awalnya gelang ini diprogram untuk mendeteksi suhu tubuh, detak jantung, dan kadar oksigen dalam darah. Namun dalam perkembangannya, berkembang ide agar alat itu menjadi alat pantau kerumunan. 
 
Moster Prokes terhubung dengan wifi sekolah dan setiap siswa akan terpantau oleh server. Dari sana, petugas melalui pengeras suara akan meminta siswa yang terpantau berkerumun untuk membubarkan diri. 
 
"Prokes dapat ditegakkan lebih praktis oleh petugas sekolah. Paling penting inovasi kami praktis digunakan siswa dan petugas, efisiensi waktu dalam pengecekan suhu, dan kesehatan siswa, serta memantau kerumunan di lingkungan sekolah," lanjutnya.
 
Berkat inovasi ini, kedua siswa itu ditetapkan sebagai pemenang ketiga kategori National Young Inventors Award (NYIA) ke-14 dalam kompetisi ilmiah Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-53 Tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
 
Oleh BRIN, karya dua anak Daerah Istimewa Yogyakarta ini dianggap turut berkontribusi dalam pembangunan nasional melalui kegiatan penelitian hingga melahirkan karya inovasi teknologi.
 
Bagi Maximus, inovasi Moster Prokes ini penting dalam membantu penerapan prokes di sekolah pada masa pandemi.  Dirinya dan Fadlan tidak mau pembelajaran tatap muka (PTM) menjadi penyebab munculnya klaster baru Covid-19.
 
"Jika terjadi, maka pembelajaran jarak jauh (PJJ) diberlakukan kembali. Bagi kami dan teman-teman, PJJ sangat membosankan dan sulit berkonsentrasi dalam menerima pelajaran," lanjutnya. 
 
Fadlan Raya Effendi menambahkan, keikutsertaan tim Moster Prokes dalam kompetisi BRIN karena ingin mencoba berkompetisi dengan pelajar-pelajar terbaik se-Indonesia.
 
"Kami ingin mendapat ilmu baru dan tentunya akan mendapat masukan dari juri untuk mengembangkan inovasi kami supaya dapat lebih baik lagi. Kami juga bangga karena bisa mengalahkan ratusan peserta lainnya dan juri lomba ini sangat berkualitas mereview," jelasnya. 
 
Kemenangan ini menurut Fadlan menghapus kekecewaan mereka yang saat pengumuman 15 karya terbaik nama mereka tidak muncul. Kemenangan ini juga menjadi jawaban karena tidak mengikuti ujian akhir tahun untuk berlaga dalam kompetisi ini.
 
Guru pembimbing, Maria, bercerita bahwa proses penelitian oleh siswa SMP tidak mudah karena pengetahuan mereka belum cukup banyak, sehingga membutuhkan usaha ekstra untuk belajar pengetahuan baru. 
 
"Mereka juga harus membagi waktu untuk belajar pelajaran sekolah dan  mengerjakan penelitian karena keduanya masuk kelas akselerasi," katanya.
312