Jakarta, Gatra.com- Guru sains dari Jaringan Sekolah CIKAL berkesempatan untuk belajar sumber pembelajaran digital untuk menyusun pelajaran sains lebih efektif dalam lokakarya yang diselenggarakan pada 30 Oktober lalu. Lokakarya ini merupakan sesi terakhir dari dua lokakarya yang diselenggarakan oleh Education New Zealand.
Sesi pertama lokakarya diadakan pada 9 Oktober lalu dengan tema yang sama. Kolaborasi antara Education New Zealand (ENZ) dan Jaringan Sekolah CIKAL, School Influencer Workshop (Lokakarya Pemengaruh Sekolah) ini masih difasilitasi oleh Dr. Sriparna Saha, kandidat PhD dari jurusan GeoEducation di University of Canterbury, New Zealand.
Dalam sesi tersebut, Dr Sriparna memberikan lebih banyak sumber-sumber pembelajaran digital yang dimiliki oleh New Zealand. Seperti portal sains www.sciencelearn.org.nz dan portal pembelajaran milik University of Canterbury https://www.canterbury.ac.nz/science/outreach/learning-resources/ kepada 50 peserta lokakarya.
Dr. Saha juga berbagi pengalaman dan studi kasus tentang bagaimana sekolah-sekolah di New Zealand mengaplikasikan kurikulum pelajaran sains dengan kkreatif. “Merupakan sebuah kesempatan yang luar biasa untuk merancang dan mengadakan lokakarya ini untuk guru-guru di Indonesia. Selama lokakarya, kami berhasil mendiskusikan ide-ide tentang beragam cara untuk mengintegrasikan informasi dan teknologi komunikasi ke dalam kelas-kelas yang berbeda," ungkapnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/11)
Lokakarya ini juga mendorong para guru untuk mengembangkan kreativitas dalam pelajaran sains mereka. "Dengan memperhatikan bahwa tujuan utama pelajaran-pelajaran ini adalah bukan hanya untuk membuat belajar menjadi menyenangkan dan penuh arti bagi mereka, namun juga untuk memuaskan rasa haus mereka akan ilmu semampu kami,” papar Dr. Saha.
Programme Manager for Science di Sekolah CIKAL, Novy Morriska mengaku senang dapat berpartisipasi dalam lokakarya yang diadakan oleh Dr. Saha. "Di masa di mana interaksi tatap muka saya dengan para siswa terbatas, menggunakan alat-alat digital dalam pelajaran saya akan berguna dalam membuat pembelajaran menjadi interaktif dan dapat diakses," jelasnya.
Novy berharap hal serupa akan ia rasakan dari peserta didiknya. "Berharap dapat mendengar dari para siswa saya sendiri tentang bagaimana menurut mereka alat-alat digital telah membantu pembelajaran dan pemahaman mereka tentang gunung berapi, dan sains secara umum,” katanya.
Untuk diketahui, lokakarya ini merupakan yang terbaru dari serial School Influencer Workshop ENZ yang dilakukan sejak tahun 2017. Rangkaian lokakarya ini menggarisbawahi tujuan ENZ, yaitu diplomasi pengetahuan, berbagi keahlian serta kursus dan keterampilan dimiliki New Zealand untuk ditawarkan pada masyarakat internasional.
Menurut Direktur Regional Asia ENZ, Ben Burrowes, lokakarya ini mewakili upaya New Zealand dalam memampukan lebih banyak masyarakat di luar New Zealand untuk merasakan pengalaman gaya belajar New Zealand.
Mātauranga Māori atau Pengetahuan Maori adalah keunikan kami. Ini merupakan hal holistik dan merujuk pada pengetahuan, pengertian, dan pemahaman tentang semua hal yang kasat mata maupun tidak yang hadir dalam semesta dimana gunung berapi adalah bagian dari itu.
Yang terpenting, dasar dari Mātauranga Māori memandang pengetahuan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran lisan. “Lokakarya yang dibimbing oleh Dr. Sriparna dari University of Canterbury telah memungkinkan para guru Indonesia untuk belajar bagaimana kami mengajar di New Zealand dan mengaplikasikannya ke dalam konteks pendidikan lokal dan masa kini," jelasnya.
Dalam kondisi saat ini, alat-alat digital mulai memainkan peran yang lebih besar dalam pengajaran. "Kami berharap dapat terus menyelenggarakan lokakarya bersama seperti ini dengan para ahli kami di New Zealand dan para mitra kami di Indonesia,” pungkas Burrowes.