Sukoharjo, Gatra.com- Semenjak adanya lonjakan harga minyak goreng, sejumlah pedagang pasar tradisional mengaku kesulitan mendapatkan minyak goreng. Namun kelangkaan minyak goreng ini dibantah oleh Dinas Perdagangan Koperasi (Disdagkop) UKM Sukoharjo.
Kabid Perdagangan Disdagkop UKM Sukoharjo, Bambang Eka Pujiana mengaku, kenaikan minyak goreng ini bukan karena adanya kelangkaan. Sebab sejak harga minyak goreng mengalami kenaikan, pihaknya terus melakukan pantauan dan barang masih tersedia.
"Kita masih impor minyak goreng dari Malaysia. Pengirimannya di Surabaya tetap seperti biasa, hanya dari pabriknya harga sudah naik," ucapnya, Selasa (2/11).
Bambang menyebut, penyebab kenaikan harga minyak goreng ini lantaran adanya kenaikan harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di pasaran dunia. Dimana CPO di eksport akhirnya untuk kebutuhan dalam negeri berkurang.
"Dan dari wacana pemerintah akan membatasi eksport CPO tersebut," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, harga minyak goreng, baik curah maupun kemasan pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Kenaikan harga minyak goreng ini sudah satu bulan terakhir.
Kondisi tersebut membuat para pedagang pasar tradisional dan pedagang gorengan mengeluh. Sebab setiap hari, harga per satu karton semakin naik, yakni dikisaran Rp 5 ribu.
Berdasarkan pantauan di Pasar Ir Soekarno Sukoharjo, harga minyak goreng kemasan tembus Rp 18 ribu per liter, Selasa (2/11) dari harga semula Rp 12 ribu per liter. Sementara harga minyak curah lebih mahal, yakni diharga Rp 19 ribu/liter. Padahal sebelumnya mentok diharga Rp 11 per liter.