Lampung, Gatra.com– Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Bandar Lampung ditargetkan selesai lebih cepat. Target semula 8 Desember 2022 menjadi Juni tahun depan.
Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Lampung, Maria Doeni Isa, menyatakan bahwa progres fisik proyek tersebut telah mencapai 48,14% per 30 Oktober 2021. Proyek yang memiliki nilai investasi Rp1,3 triliun itu sudah menyerap 45% anggaran.
"Targetnya, bulan Juni 2022 kita sudah melakukan commisioning. Insya Allah Juli atau Agustus 2022 itu sudah 100%. Jadi, lebih cepat sekitar lima bulan dari kontrak awal," ungkapnya, Selasa (2/11).
Menurut Doeni, SPAM Bandar Lampung akan mampu mendukung peningkatan cakupan layanan air minum aman dan berkualitas bagi masyarakat. Dari cakupan sebelumnya 30% naik menjadi 60%.
Doeni menjabarkan, SPAM Bandar Lampung nantinya dapat menyuplai air sebanyak 750 liter per detik kepada PDAM Way Rilau. Jumlah ini disediakan untuk memenuhi kebutuhan 60 ribu sambungan rumah (SR) atau sekitar 300 ribu jiwa penduduk di delapan kecamatan.
Delapan kecamatan tersebut antara lain Rajabasa (4.462 SR), Way Halim (8.836 SR), Tanjung Senang (5.990 SR), dan Sukabumi (9.337 SR). Selain itu, juga Labuhan Ratu (5.770 SR), Kedaton (4.406 SR), Sukarame (8.092 SR), serta Kedamaian (6.388 SR).
Pembangunan SPAM Bandar Lampung termasuk salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Fasilitas ini dibangun dengan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Proyek tersebut adalah kerja sama antara Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui PDAM Way Rilau sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama (PJPK) dengan PT Adhya Tirta Lampung selaku Badan Usaha.
Secara rinci, total investasi SPAM Bandar Lampung terdiri atas Rp485 miliar dari badan usaha dan Rp258,8 miliar sebagai dukungan kelayakan (VGF) dari Kementerian Keuangan.
Kemudian, sebanyak Rp243 miliar dari APBN Kementerian PUPR, Rp150 miliar dari APBD Kota Bandar Lampung, dan Rp131 miliar dari BUMD.
Doeni berharap, keberadaan SPAM ini bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas kesehatan masyarakat. Di samping itu, juga mengurangi pengambilan air tanah yang berdampak negatif pada lingkungan seperti penurunan air tanah.