Cilacap, Gatra.com– Sebanyak 78 bencana alam terjadi di Kabupaten Cilacap, sejak Januari-September 2021. Dari seluruh bencana ini, kerugian diperkirakan mencapai Rp2 miliar.
Hal ini diungkapkan Bupati Cilacap,Tatto Suwarto Pamuji, dalam apel kesiapsiagaan bencana, di Cilacap, Senin (1/11). Kata dia, bencana berupa banjir, tanah longsor, angin puting beliung, angin kencang, kekeringan dan gelombang tinggi.
Sementara, pada 2020 lalu, tercatat 173 kejadian bencana yang terdiri dari 37 kejadian banjir, 80 tanah longsor, 53 kejadian angin kencang, kekeringan, satu gelombang pasang. Bahkan, bencana alam pada 2020 sampai menelan korban jiwa dengan kerugian mencapai Rp27 miliar.
Karena itu, dia mengimbau agar seluruh pihak mewaspadai potensi bencana alam memasuki musim hujan kali ini. Terlebih, cuaca pada 2021 ini dipengaruhi La Nina, dengan pucak pengaruh antara November hingga Februari mendatang.
Berdasarkan prakiraan cuaca yang disampaikan BMKG, puncak musim penghujan terjadi di bulan November 2021 hingga Februari 2022.
“Kita harus mewaspadai bencana alam yang mungkin terjadi pada musim penghujan ini. Faktor sinergitas menjadi kunci yang sangat penting, karena potensi terjadinya bencana perlu mendapatkan perhatian bersama,” kata Tatto, dalam keterangannya.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Seksi Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Cilacap, Gatot Arif Widodo mengatakan, sejumlah langkah dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terjadap risiko bencana pada musim hujan kali ini.
Di antaranya, sosialisasi kewaspadaan tinggi, pembentukan Desa Tangguh Bencana (destana) dan mengaktifkan koordinasi antardesa. Selain itu, BPBD juga memastikan kesiapan personel dalam tanggap darurat dan penanganan bencana.
“Di masyarakat sendiri, ketika hujan, sudah saatnya berjaga-jaga, baik siang maupun malam hari, menggunakan sistem ronda itu untuk berjaga-jaga untuk kewaspadaan bencana,” katanya.
Dia menjelaskan, di Cilacap dari 284 desa dan kelurahan, sebanyak 131 desa di 12 kecamatan rawan banjir dan 94 desa di 12 kecamatan rawan bencana longsor. Karenanya kewaspadaan bencana menjadi titik penting untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa atau kerugian material lebih besar akibat bencana hidrometeorologi.
Menurut dia, 35 desa di Cilacap sudah menjadi desa tangguh bencana atau destana. Akan tetapi, tak semuanya rawan bencana hidrometeorologi, melainkan berbagai jenis bencana alam, seperti gempa, tsunami, kekeringan, dan lain sebagainya.