Palembang,Gatra.com – Upaya penanganan kebakaran lahan dan hutan (karhutla) yang dilakukan Tim Satuan Tugas (Satgas) dari berbagai unsur, dengan peningkatan peran serta masyarakat tahun 2021 membuahkan hasil positif. Secara umum pada periode Januari sampai September untuk wilayah Sumatera terjadi penurunan karhutla sekitar 36% dari tahun sebelumnya.
"Namun, terkait tren peningkatan kejadian karhutla di wilayah Sumatera, terjadi di beberapa provinsi di antaranya Sumatera Utara," kata Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) wilayah Sumatera, Ferdian Krisnanto, melalui Didik Suprijono, Kasi Kebakaran Hutan dan Lahan Balai PPIKHL wilayah Sumatera, di kantornya, Jumat (29/10).
Untuk Provinsi Sumatera Selatan, lanjut Didik, karhutla terjadi pada beberapa kabupaten, antara lain Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), Musi Banyuasin (Muba), dan Banyuasin, dan secara umum mengalami penurunan. Untuk luasan karhutla tahun 2021 ini, yakni sampang dengan 30 September 2021, mencapai 2927 hektare lahan terbakar.
Kondisi lahan yang terbakar itu, sebagian besar yakni 90% berada di lahan mineral dan sisanya di lahan gambut, dan sebagai pemicunya sebagian besar terjadi karena prilaku manusia.
"Kebakarannya karena manusia, tetapi itu kewenangan pihak aparat penegak hukum untuk penindakannya," kata dia.
Saat ini, penanggulangan kebakaran lahan dan hutan yang dilakukan Manggala Agni dan para pihak, terus bersinergi dengan pihak lain dalam Satgas Karhutla. Tahun 2021 ini, khususnya untuk wilayah Sumatera Selatan, sebanyak 20 kejadian karhutla yang telah ditangani.
"[Sejumlah] 20 kejadian itu dari Januari sampai September, tetapi ada juga beberapa kejadian ditangani pihak lain dan kita selalu bersinergi dengan pihak TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD, dan pihak lainnya di lapangan dengan pelibatan masyarakat," ujarnya.
Didik juga mengungkapkan, keberhasilan dalam penurunan wilayah karhutla tak terlepas dari kerja keras tim Satgas dengan patroli dan edukasi kepada masyarakat, antara lain melakukan pencegahan pada wilayah rawan karhutla dilakukan dengan patroli rutin, patroli mandiri, dan patroli terpadu, serta patroli Masyarakat Peduli Api (MPA) ditambah unsur kelompok masyarakat yang berkesadaran hukum (Paralegal).
"Jadi, MPA Pararegal sebagai salah satu solusi permanen pencegahan karhutla," jelasnya.
Penanganan dalam pemadaman karhutla menerjunkan tim darat dan tim udara yang dikoordinir langsung oleh tim Satgas Karhutla. Termasuk, membasahi lahan-lahan yang dinilai rawan dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) salah satu instrumen dalam solusi permanen pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
TMC melalui pembuatan hujan buatan yang bertujuan untuk upaya pembasahan lahan. Hal ini merupakan langkah dalam melakukan mitigasi dan upaya pengendalian secara pemanen sebelum terjadi.
"Kita lakukan sejak tahun 2020 melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan karhutla (MPA Paralegal) dan operasi TMC yang pada wilayah Sumatera sebagai solusi permanen pengendalian karhutla. Sedangkan untuk kendala di lapangan pasti ada, salah satunya lokasi yang tidak bisa dijangkau tim Satgas darat dan pemadaman akan dilakukan tim udara dengan Water Bombing," katanya