Jakarta, Gatra.com – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa UMKM merupakan pondasi ekonomi nasional yang telah terasah resiliensinya.
“Pandangan kami, UMKM adalah pondasi ekonomi nasional yang sudah teruji,” ujar Bahlil dalam agenda Indonesia Islamic Economic Forum (ISEF) pada Jumat, (29/10/2021).
“Kenapa kami katakan sudah teruji? Krisis 1998, ketika inflasi ekonomi kita 88%, cadangan devisa kita US$17 miliar, dan defisit ekonomi kita 13%, di saat bersamaan yang menjadi tulang punggung pertahanan ekonomi nasional kita adalah UMKM. Hampir semua perusahaan-perusahaan besar itu mempailitkan diri, bahkan mungkin keluar,” tutur Bahlil.
Di situasi saat ini, menurut BPS, 99,9% unit usaha itu ada pada UMKM yang jumlahnya kurang lebih sekitar 64 juta. Dalam konteks itu, kontribusi UMKM terhadap PDB adalah sebesar 60%.
Tak hanya itu. kontribusi tenaga kerja UMKM besar. Dari total tenaga kerja Indonesia yang berjumlah 130 juta, sebanyak 120 tenaga kerja di antaranya berada di sektor UMKM.
Hanya saja, menurut Bahlil, credit lending untuk sektor UMKM amat rendah, yakni tak lebih dari 18%. Pada tahun 2020, credit lending dari perbankan hanya sebesar Rp6.000 triliun, Rinciannya, Rp300 triliun kredit ke luar, Rp5.700 triliun untuk dalam negeri. Sementara yang mengucur ke sektor UMKM hanya kisaran Rp1.200 triliun saja.
Dengan situasi demikian, Bahlil memandang bahwa UMKM berbasis syariah dapat diberikan dukungan pendanaan dan akses untuk ikut berkontribusi pada peningkatan ekonomi nasional. “Atas dasar itu kemudian tidak perlu kita ragukan kesetiaan dan kontribusi UMKM yang hampir kebanyakan itu. Saya punya keyakinan, mereka yang beragama muslim dan bisa menjalankan ekonomi syariah,” ujar Bahlil.