Labuhanbatu, Gatra.com – Porang, belakangan populer di sejumlah kalangan. Tanaman umbi-umbian dengan nama lain iles-iles itu, salah satunya menjadi bahan baku tepung.
Tanaman porang kini tenar dibicarakan masyarakat berawal suksesnya seorang petani di Jawa Timur. Dari tanaman yang juga untuk bahan baku kosmetik dan penjernih air, petani itupun mendadak jadi miliarder.
Di Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumut, porang mulai dikembangkan. Sekumpulan komunitas pemuda bernama keladang.com telah membudidayakan tumbuhan yang bibitnya bisa didapat dari potongan umbi batangnya.
Ahmad Jailani Siregar selaku Ketua keladang.com ditemui di Desa Tanjung Siram, Kecamatan Bilah Hulu, Kamis (28/10) mengisahkan komunitas mereka merupakan himpunan anak muda bertani.
Usai menyelesaikan kuliah di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, tahun 2013-2017 silam, dia kembali ke kampung halamannya. Tidak hanya ilmu, bibit porang juga digondolnya sebagai buah tangan.
Secara perlahan Jay, panggilan akrabnya mulai menanam porang. Satu persatu kalangan muda direkrutnya guna membudidayakan tanaman yang bisa menghasilkan 500 gram berat umbi dalam setiap pohonnya itu.
"Terbentuk setahun lalu, saat ini sekitar 15 orang tergabung, bibit awalnya dari Jawa Tengah. Setelah kesamaan persepsi, dibentuk komunitas yang mayoritas mengembangkan porang," ujarnya.
Diceritakannya, tanaman porang sangat menjanjikan bagi perekonomian maupun kesehatan lingkungan. Maka mereka pun akan terus memadukan perkembangan teknologi dengan pertanian.
Asumsi penghasilan, setiap 1 rante lahan terdapat 1000 tanaman. Biasanya jika dipanen 8 bulan ke depan, asumsi penghasilan mencapai Rp 3 juta rupiah.
Tidak hanya jangka pendek, tanaman yang digaungkan Menteri Pertanian sebagai satu komoditas ekspor itu mampu menciptakan iklim sehat, karena tidak harus melakukan penebangan.
Dalam mengelola tanaman porang, menurut Jay Siregar sebuah tantangan di mana masih terdapat pola pikir pemuda enggan bertani ataupun kemampuan mengenali tanaman yang punya peluang cukup besar untuk diekspor itu.
Tidak hanya mengenalkan porang dan berbicara nilai ekonomis, namun sampai kepada merubah budaya pemuda enggan bertani, juga dilakukan komunitas keladang.com yang bergerak sejak tahun 2018 lalu.
Jay Siregar memaparkan, hingga kini terdapat beberapa titik lahan tanaman porang dengan mayoritas petani kalangan muda, seperti di Kelurahan Padang Matinggi, Kelurahan Padang Bulan, Kotapinang, Tanjung Siram, Kampung Dalam, dan lainnya.
Diakuinya, porang merupakan jenis tumbuhan unik. Walau tidak gampang tetapi tidak juga mudah mengelolanya. Biasanya biaya tanam hingga produksi maksimal Rp1 juta setiap luasan 1 rante.
"Ini perlu disampaikan, apa itu porang, bagaimana mengelolanya, berapa hasilnya, dan seberapa besar peluangnya dan kita siap untuk itu, termasuk bibit juga telah ada sama kita," sebut Jay Siregar.
Di akhir perbincangan, Jay Siregar mengajak kaum muda agar beralih ke duani pertanian, khususnya tanaman porang. Selain perputaran ekonomisnya cepat, juga akan memperkecil niatan merantau mencari pekerjaan.
"Sangat menjanjikan, putarannya cepat. Kaum muda harus terpacu kembali ke lahan dan tidak lagi susah-susah mencari pekerjaan di luar daerah," pesan Jay Siregar lagi.