Home Kebencanaan Longsor di Desa Nglegok Ancam Permukiman Penduduk

Longsor di Desa Nglegok Ancam Permukiman Penduduk

Karanganyar, Gatra.com – Longsor kembali terjadi di area rawan pergerakan tanah di Desa Nglegok, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng), Kamis sore (28/10). Kali ini, sebuah rumah di desa itu tertimpa material tebing sampai ambrol.

Peristiwa itu diawali hujan tak begitu deras namun dengan angin kencang. Tebing cor setinggi delapan meter tiba-tiba ambrol akibat tergerus air. Materialnya menimpa rumah warga Sambirejo RT 02/RW VIII, Tumino (56).

Bagian teras rumah Tumino hancur. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Kerugian material ditarsir belasan juta rupiah. Sejauh ini, belum diperintahkan pengungsian bagi penghuni rumah. Namun demikian, mereka diminta waspada apabila sewaktu-waktu terjadi longsor susulan.

Kepala Desa Nglegok, Eko Wahyudi, mengatakan, longsor terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Selang beberapa jam kemudian, warga mulai keluar rumah untuk membantu membersihkan sisa material di teras rumah korban.

"Kita pastikan dulu benar-benar aman. Sebab di atasnya masih terdapat tebing yang rawan ambrol," katanya.

Sekadar informasi, desa ini memiliki riwayat pergerakan tanah yang cukup sering. Terdapat permukiman yang berada di jalur pergerakan tanah. Dalam hal ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar telah memasang tanda jalur evakuasi dan menyiapkan sejak dini lokasi pengungsian.

Longsor terakhir pada Desember 2019 lalu membuat belasan jiwa mengungsi sampai berbulan-bulan. Di lokasi ini pascakejadian dipasang perangkat peringatan dini bencana longsor.

Kepala Pelaksana Harian BPBD, Bagoes Darmadi, mengatakan pada awal musim penghujan merupakan waktu paling rawan terjadi longsor di area kritis.

"Setelah diterpa kering musim kemarau, akan sangat mudah bengkah jika dihujani air. Ini yang membahayakan. Lagipula di lokasi bersejarah longsor, sangat mungkin terjadi longsor susulan. Kami minta warga tidak panik tetapi tetap waspada. Selalu kami pantau," katanya.

1879