Home Kesehatan IKABI Luncurkan Guideline Infeksi Daerah Operasi

IKABI Luncurkan Guideline Infeksi Daerah Operasi

Jakarta, Gatra.com - Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI) didukung oleh Essity Indonesia meluncurkan Clinical Practice Guideline (CPG) Infeksi Daerah Operasi (IDO) pada hari Kamis, (28/10). Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan persepsi dan keseragaman tata laksana bedah, sehingga dapat menurunkan insiden IDO di Indonesia.

Hingga kini, IDO masih merupakan masalah serius dan menjadi tantangan bagi spesialis bedah di negara berkembang. Di mana di negara berkembang IDO terjadi sekitar 8-30% dari semua pasien yang menjalani prosedur bedah dan menjadi penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas setelah operasi.

"IKABI sebagai organisasi profesi dokter spesialis bedah di Indonesia senantiasa berupaya mempersatukan semua dokter spesialis bedah dan berpartisipasi aktif dalam meningkatkan mutu pelayanan bedah di Indonesia. Salah satu fokus utama kami adalah penanganan IDO atau Infeksi Daerah Operasi [Surgical Site Infection]," kata Ketua IKABI Andi Asadul Islam dalam sambutannya di virtual media briefing pada Kamis, 28 Oktober 2021, dilansir dari siaran pers yang diperoleh Gatra.com pada Kamis, (28/10).

Dokter Spesialis Bedah Saraf Konsultan tersebut pun mengatakan mereka sangat gembira dapat meluncurkan CPG IDO sebagai tata laksana bedah, baik bagi dokter spesialis bedah, juga dokter spesialis lainnya di seluruh Indonesia. "Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada rekan sejawat tim penyusun CPG IDO ini. Serta dukungan mitra kami Essity Indonesia, sehingga penyusunan CPG IDO dapat terlaksana dengan baik," ucapnya.

Andi menyebut insiden IDO di Indonesia itu bervariasi, yakni antara 2-18% pada tahun 2011 yang lalu. Selain itu, laporan dari Rumah Sakit (RS) Cipto Mangunkusumo tahun 2013 menyebutkan insiden IDO pada bedah abdomen sebesar 7,2% dan tahun 2020 dilaporkan sebesar 3,4%.

"Data pelaporan insiden IDO di Indonesia masih perlu ditingkatkan. IDO menyebabkan kematian 3 kali lipat lebih tinggi dan beban biaya yang lebih tinggi karena durasi rawat inap yang signifikan lebih tinggi dan diperlukannya intervensi medis tambahan seperti misalahnya operasi ulang, akibat IDO," tambahnya.

724

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR