Kendal, Gatra.com – Kawasan Industri Kendal di Jawa Tengah memiliki 6 target utama dalam pengembangkan industri. Keenam target itu adalah sektor makanan, furnitur, fahion, otomotif, elektronik, dan industri pendukung.
Head of Sales & Marketing KIK Juliani Kusumaningrum mengatakan untuk makanan dan furnitur, tak lepas dari kedekatan dengan bahan baku atau sumber daya alamnya. “Untuk fashion, otomotif, elektronik kenapa kita targetkan? Karena di Jawa Tengah sendiri merupakan provinsi di pulau Jawa yang paling kompetitif dari segi cost nya,” ujarnya saat menerima kunjungan Tim GATRA belum lama ini.
Adapun target keenam berupa industri pendukung, bisa berupa logistik dan kemasan. “Sementara ini, ada tiga sektor terbesar di kawasan ini, yakni furniture, fashion, dan elektronik,” terangnya.
KIK sendiri diresmikan pada November 2016 silam. Seiring perkembangan waktu, kawasan ini menjadi Kawasan Ekonomi Khusus(KEK) sejak 2019 yang diatur dalam PP 85/2019. “Kita merupakan satu-satunya kawasan industri di seluruh pulau Jawa dengan status KEK ini. Tentunya, ada beberapa manfaat fiskal dan nonfiskal bagi investor dengan status tersebut,” jelasnya.
Manfaat fiskal, jelas Juliani, antara lain tax holiday hingga 20 tahun tergantung nilai investasi, tax allowance 30% dibagi 6 tahun, hingga pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), maupun penundaan bea masuk. “Manfaat non fiskal bisa berupa imigrasi, ketenagakerjaan, dan sebagainya,” terangnya.
KIK merupakan pengembangan kawasan industri terbesar di Jawa Tengah dengan total pembangunan seluas 2.200 hektar. KIK juga merupakan perusahaan patungan antara dua pengembang industri di Asia Tenggara, yakni Sembcorp Development Ltd dan PT Jababeka Tbk.
Hingga saat ini tercatat sudah ada 69 perusahaan yang telah bergabung dengan KEK Kendal. Perusahaan yang berinvestasi di KEK Kendal berasal dari China, Taiwan, Singapura, Hongkong, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, dan Indonesia. “Total investasinya sudah mencapai Rp22,4 triliun,” jelasnya.