Cilacap, Gatra.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mendirikan posko pengungsian untuk mengantisipasi longsor susulan lebih besar, usai terjadi longsor pada Rabu malam (27/10) di Dusun Ciherang, Desa Limbangan, Kecamatan Wanareja.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPBD Majenang, Edi Sapto Prihono mengatakan longsor berdampak ke satu rumah dan mengancam empat rumah lainnya. Pada Rabu malam, satu keluarga sudah diungsikan ke rumah tetangga yang lebih aman, namun masih berada di Dusun yang sama.
BPBD telah menyiapkan posko pengungsian agar jika terjadi hujan lebat, lima keluarga terancam longsor bisa secepatnya mengungsi. Total terdapat 17 jiwa di lima keluarga tersebut.
“Grumbul Ciherang, Dusun Ciherang, Limbangan, yang longsor itu, kita membuat posko pengungsian untuk lima rumah tersebut. Karena cuacanya juga masih musim hujan seperti ini, jadi kita membuat posko pengungsian untuk lima rumah yang berada di Desa Ciherang yang (terancam longsor),” katanya, Kamis (28/10).
Dia juga mengungkapkan, meski hari ini sudah dilakukan penanganan awal bencana longsor dan pencegahan, namun risiko ancaman longsor masih besar. Sebab posisi rumah berada di tepian tebing setinggi 15 meter dan sudah dalam kondisi labil. Selain itu, dusun tersebut berada di wilayah dengan kemiringan cukup tinggi.
“Itu lokasinya di Dusun Ciherang, itu dekat dengan situ. Tendanya pakai tenda kita. Tadi malam juga sudah ada yang mengungsi,” ungkapnya.
Menurutnya, hari ini BPBD juga mengerahkan petugas dan relawan gabungan ke sejumlah tiga desa yang terdampak longsor dan banjir di Kecamatan Wanareja dan Majenang, yakni Desa Wanareja dan Desa Limbangan Kecamatan Wanareja dan Desa Salebu, Kecamatan Majenang. Petugas juga melakukan pendataan dampak banjir di tiga desa tersebut.
Edi mengimbau agar masyarakat mewaspadai ancaman banjir dan longsor pada awal penghujan ini. Pasalnya, dari 76 desa di lima kecamatan yang menjadi wilayah kerja UPT BPBD Majenang, sebagian besar rawan longsor. Sebagian permukiman berada di perbukitan, dengan kontur tanah miring atau berdekatan dengan tebing.
“Tiap kecamatan ada desa yang rawan longsor karena memang berada di pegunungan,” jelasnya.