Slawi, Gatra.com - PT Pertamina (persero) terus menambah jumlah Pertashop atau SPBU mini di wilayah Tegal Raya, Jawa Tengah untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan BBM berkualitas dan ramah lingkungan. Program nasional Pertamina ini juga membuka peluang investasi bagi masyarakat.
Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah Subholding Commercial & Trading PT Pertamina, Brasto Galih Nugroho mengatakan, di Jawa Tengah dan Yogyakarta sudah beroperasi 642 Pertashop. Dari jumlah itu, 82 di antaranya berada di wilayah Tegal Raya.
"Di Kabupaten Tegal ada 16, Pemalang ada 24, di Kota Pekalongan ada tiga, Kabupaten Pekalongan ada 14, dan di Kabupaten Brebes ada 25,” ujar Brasto di sela meninjau Pertashop Bandasari, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Selasa (26/10).
Brasto mengatakan, jumlah Pertashop ditargetkan terus bertambah terutama di wilayah pedesaan, dengan target satu desa satu Pertashop. Hal ini sejalan dengan tujuan keberadaan Pertashop, yakni untuk menjangkau masyarakat yang selama ini sulit dijangkau oleh SPBU.
“Pertashop merupakan lembaga penyalur produk Pertamina dengan skala kecil yang resmi dioperasikan oleh Pertamina, utamanya untuk daerah yang belum terjangkau SPBU. Mengapa kita menjual Pertamax di Pertashop karena kita ingin mempromosikan BBM ramah lingkungan dan berkualitas," ujarnya.
Menurut Brasto, salah satu upaya untuk menambah jumlah Pertashop adalah dengan menjalankan skema kemitraan dengan pengusaha lokal untuk berinvestasi Pertashop dengan membentuk badan usaha seperti CV, PT, koperasi, dan Usaha Dagang (UD). Adapun syaratnya antara lain memiliki lahan minimal 210 meter persegi, dapat rekomendasi kepala desa, serta mengajukan izin ke Pertamina dan pemerintah daerah.
"Tentunya nilai investasinya lebih rendah dari SPBU reguler dan bisnisnya sangat menjanjikan. Jadi selain masyarakat umum bisa merasakan manfaat kemudahan akses energi yang berkualitas, Pertashop juga menjadi peluang usaha tersendiri yang memberikan keuntungan, baik yang berbasis kelompok masyarakat maupun pengusaha swasta,” ujar Brasto.
Tak hanya menjadi bisnis yang menjanjikan, Brasto menyebut keberadaan Pertashop menjawab kebutuhan BBM berkualitas di masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari tingginya rata-rata penyaluran Pertamax di Pertashop. "Untuk Pertashop di Bandasari ini contohnya, sehari rata-rata bisa menjual 1.200 liter Pertamax," ungkapnya.
Sementara itu pengelola Pertashop Bandasari, Adi Nugroho mengatakan, proses pengurusan pendirian Pertashop terbilang mudah dan tidak membutuhkan waktu lama.
"Pengurusan sekitar satu bulan. Yang lama lahan. Perizinan di pemda juga lancar, sehingga bisa cepat beroperasi mulai Maret. Kalau modal, Rp250 juta untuk modularnya. Lahannya kebetulan saya sudah ada," ujarnya.
Selain sebagai investasi yang menguntungkan, Adi mengaku tertarik mendirikan Pertashop karena ingin membantu masyarakat dalam mengakses BBM. "Ini untuk kepentingan masyarakat yang jauh dari SPBU," kata dia.