Jakarta, Gatra.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pergeseran perilaku masyarakat ke arah ekonomi digital turut memberikan dorongan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional meski di tengah pandemi.
Momentum saat ini, jelas Airlangga, dapat menjadi peluang untuk mengakselerasi transformasi digital di sejumlah sektor ekonomi yang akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
“Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas ekonomi digital di Indonesia yang terus meningkat, bahkan 41,9% total transaksi ekonomi digital ASEAN selama 2020 berasal dari Indonesia yang mencapai US$44 miliar, dan di 2025 diproyeksikan mencapai US$124 miliar,” ungkap Airlangga dalam acara The 1st International Conference on Humanities and Social Sciences (ICHSS) 2021 pada Selasa (26/10).
Airlangga menuturkan bahwa saat teknologi digital digunakan dalam berbagai sektor ekonomi dan bisnis, seperti fintech, e-commerce, layanan kesehatan, pendidikan, transportasi daring, maupun Internet of Things (IoT). Khusus untuk layanan kesehatan dan pendidikan diprediksi akan menjadi sangat besar kontribusinya dalam ekonomi digital ke depannya.
“Namun, untuk sekarang, e-commerce adalah sektor utama yang mendukung ekonomi digital di Indonesia. Sebanyak 72,73% dari total transaksi ekonomi digital di Indonesia berasal dari e-commerce. Pada 2020, nilai e-commerce mencapai US$32 miliar, dan diproyeksikan akan mencapai US$83 miliar di 2025,” jelasnya.
Menurut Airlangga, Indonesia memiliki bonus demografi yang mendukung pembentukan ekosistem digital yang berkelanjutan. Mayoritas penduduk Indonesia adalah Generasi Z dan Milenial berusia 8 s.d. 39 tahun yang memiliki tingkat adopsi digital tinggi. Sementara, terdapat 37% konsumen baru ekonomi digital yang muncul selama pandemi Covid-19 dan 93% di antaranya akan tetap memanfaatkan produk ekonomi digital pasca pandemi Covid-19.
Peran dari para anak muda yang termasuk Generasi Z dan Milenial dalam era digital ini antara lain sebagai talenta digital, wirausahawan digital, ataupun konsumen potensial dari produk-produk domestik. Namun, dunia wirausaha di Indonesia yang didominasi oleh pengusaha milenial, berusia 25-34 tahun juga mencatat Rasio Wirausaha yang masih rendah yakni 3,30% di 2019 dan 3,47% di 2020.
Pada kesempatan itu, Airlangga turut mengungkapkan bahwa Pemerintah juga telah berupaya mengakselerasi pembentukan talenta digital dan pengembangan ekonomi digital dengan melakukan pembangunan infrastruktur seperti akses internet 5G dan data center, melakukan pelatihan melalui Program Kartu Prakerja dan Digital Leadership Academy, mengeluarkan regulasi UU Cipta Kerja dan aturan pelaksanaannya, mengembangkan ekosistem UMKM digital, serta menyediakan fasilitas pembiayaan untuk membantu perusahaan rintisan di bidang teknologi digital.
Selain itu, Airlangga menyebutkan bahwa Indonesia juga harus siap menghadapi perubahan menjadi Society 5.0, di mana sejumlah besar informasi dari sensor wilayah fisik diakumulasikan ke dalam wilayah maya atau cyberspace. Dalam cyberspace, big data dianalisis oleh Artificial Intelligence (AI), dan hasilnya akan dikembalikan ke wilayah fisik untuk dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Kuncinya adalah tetap kita harus membangun talenta digital dan meningkatkan literasi digital kepada masyarakat umum,” imbuhnya.
Menko Airlangga menambahkan, seluruh pemangku kepentingan mempunyai peran penting dalam pengembangan kewirausahaan dan ekosistem digital, termasuk dari Lembaga Pendidikan Tinggi atau Universitas.
“Kita menggunakan konsep pentahelix yang di dalamnya terdapat unsur Pemerintah, komunitas, akademisi, pengusaha, dan media. Di sini, Pemerintah menjadi fasilitator juga regulator, sementara akademisi menjadi pencetus kurikulum kewirausahaan yang bagus, dan pendorong penciptaan lebih banyak lagi perusahaan start-up yang dimulai dari inovasi mahasiswa,” pungkasnya.