Jakarta, Gatra.com - Sistem syariah keuangan Islam kian mendapat perhatian dari lembaga internasional. Indonesia, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, berpotensi menjadi pemimpin global untuk keuangan Islam. Pada pasar halal global 2017 yang bertotal USD 2,1 triliun, Indonesia menempati urutan pertama dalam hal konsumen industri halal, dengan kontribusi 10%. Selain itu, Islamic Finance Development Report 2020 dan Global Islamic Economy Indicator 2020/2021 masing-masing menempatkan Indonesia di urutan kedua dan keempat.
Sebab itulah, United Nations Development Program (UNDP), Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), dan Islamic Development Bank (IsDB) meluncurkan Center of Excellence in Islamic Finance for Sustainable Development Goals (Pusat Keunggulan Keuangan Islam untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan). Peluncuran ini dilakukan pada rangkaian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-8 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
Center of Excellence, yang berlokasi di UIII di Depok, Jawa Barat ini, akan melakukan penelitian terdepan untuk meningkatkan inisiatif dan menjajaki peluang baru, guna penerapan praktis keuangan Islam untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di berbagai bidang.
Acara bertajuk Decade of Action: Leveraging the Stability and Availability of Islamic Finance for SDGs ini dihadiri Gubernur Jakarta Anies Rasyid Baswedan bersama dengan Doddy Zulverdi dari Bank Indonesia, Wempi Saputra dari Kementerian Keuangan, Chaidir Bahar dari UIII, dan Norimasa Shimomura selaku Resident Representative UNDP Indonesia. Sami Al-Suwailem dari Institut IsDB juga hadir dalam diskusi tingkat tinggi tersebut.
“Peluncuran ini sangat tepat waktu, karena kita tengah memasuki fase terpenting dari upaya kolektif global untuk mencapai TPB dengan dimulainya Dekade Aksi (Decade of Action). Meski tenggat waktu untuk mencapai target TPB semakin dekat, terjadi berbagai kemunduran akibat pandemi. Oleh karena itu, Center of Excellence in Islamic Finance ini diharapkan dapat berkontribusi pada upaya bersama kita dalam mempercepat pencapaian TPB dan menutup beberapa kemunduran,” ujar Anies saat memberikan sambutan.
“Industri keuangan Islam telah menunjukkan ketahanan yang lebih kuat, berdasarkan pengalaman krisis keuangan global sebelumnya. Para akademisi memandang pembiayaan Islam memiliki risiko sistemik yang lebih rendah dan sistem pembiayaan berkelanjutan yang membuatnya lebih kuat dan tangguh daripada sistem pembiayaan komersial,” kata Doddy Zulverdi.
“Terdapat kesamaan mencolok antara konsep keuangan Islam dan TPB, dengan penekanan bersama pada pengentasan kemiskinan dan kelaparan serta pengurangan ketidaksetaraan melalui redistribusi kekayaan,” ujar Norimasa Shimomura selama diskusi tingkat tinggi.
Diskusi tingkat tinggi ini ditutup oleh Profesor Dian Masyita, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIII, yang mencatat bahwa instrumen keuangan Islam saling melengkapi dan inklusif. Dalam rangka pencapaian TPB, keuangan Islam dapat berkontribusi secara optimal untuk memberikan dampak sosial dan lingkungan.
Serangkaian acara pra-peluncuran telah terlaksana, termasuk diskusi dengan para pemangku kepentingan (diwakili oleh pemerintah, sektor swasta, asosiasi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi keagamaan, dan akademisi) dan seminar publik tentang keuangan Islam yang membahas hubungan antara zakat, wakaf, keuangan mikro, sukuk, dan teknologi finansial untuk mencapai TPB di Indonesia.
Center of Excellence UIII ini akan melakukan kegiatan seperti; (1) mengembangkan inisiatif bersama untuk menyalurkan instrumen keuangan Islam menuju pencapaian TPB; (2) memberikan wawasan akan keuangan Islam kepada program dan mekanisme penjangkauan; (3) memberikan dukungan pada strategi komunikasi untuk keuangan Islam pada TPB dan inklusi keuangan; (4) pelatihan, lokakarya, dan konferensi untuk meningkatkan kesadaran akan keuangan Islam dan TPB.