Kepulauan Bangka Belitung, Gatra.com – Pasukan TNI AL melakukan Latihan Operasi Amfibi (Latopsfib) dengan simulasi peperangan antiudara di perairan Kepulauan Bangka Belitung pada Minggu (24/10).
Dalam simulasi ini, sebanyak 5 pesawat fixed-wing Bonanza milik TNI AL berperan seolah-olah sebagai musuh Kapal Republik Indonesia (KRI).
Awal mulanya, kelima pesawat tersebut melintas di udara di sebelah kanan KRI Makassar-590. Kelima pesawat tersebut mendekat ke badan utama Kogasgabfib lalu bermanuver dan menyebar ancaman udara.
Dalam simulasi ini, KRI Raden Eddy Martadinata-331 yang berada di sebelah kanan KRI Makassar-590 bertindak sebagai komandan peperangan antiudara dan force track coordinator air.
KRI Raden Eddy Martadinata-331 dalam hal ini bertugas untuk mengenali dan mengidentifikasi segala kontak udara tak dikenal, potensi kontak udara musuh, dan musuh itu sendiri.
Sementara itu, di sisi lain, pesawat udara (pesud) musuh disimulasikan melakukan manuver dan serangan dari berbagai arah. Dalam situasi demikian, unsur konvoi gugus tugas Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib) 2021 bertugas untuk menghalau rudal air to surface dan bom dari musuh terhadap badan utama Kogasgabfib.
Dalam sistem pertahanan udara semacam ini, dibutuhkan senjata meriam seperti meriam Otomelara Super Rapid Gun 76 mm, Millenium Gun 35 mm VL MICA, meriam 30 mm Seven Barrel, hingga meriam 30 mm Six Barrel.
Peperangan antiudara ini dilaksanakan untuk melindungi badan utama Kogasgabfib dari kehancuran yang berpotensi terjadi akibat dari serangan musuh. Kehancuran tersebut akan bersampak pada gagalnya gerakan Kogasgabfib.
Dalam simulasi tersebut, pesawat-pesawat musuh terus-menerus melakukan manuver dan serangan dengan mengitari wilayah udara badan utama Kogasgabfib. Akan tetapi, dengan mengandalkan kapabilitas yang dimiliki satuan pelindung badan utama Kogasgabfib, serangan-serangan musuh bisa ditepis.
Pada akhirnya, serangan demi serangan dapat diatasi oleh unsur-unsur pertahanan udara Kogasgabfib. Pesawat musuh pun berhasil dilumpuhkan. Dengan demikian, meriam pertahanan udara KRI mampu menghancurkan kekuatan musuh.