Jakarta, Gatra.com- Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober 2021 menjadi momentum besar. Para santri tidak hanya dianggap pembelajar agama, tetapi juga memiliki keterampilan lainnya yang berkontribusi bagi bangsa.
Pada Webinar Hari Santri Nasional yang diadakan Gatra dengan tema “Peran Positif Santri dalam Meningkatkan UMKM dan Koperasi selama Pandemi”, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menuturkan, pesantren berpotensi besar membangun ekonomi syariah. Melalui Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (Hebitren), telah berjalan gerakan One Pesantren One Produk.
“Potensi industri halal tidak terlepas dari keterlibatan kaum santri di dalam. Salah satu langkahnya, sertifikasi di Kementerian Agama, dengan cara menyediakan sertifikasi halal gratis bagi pelaku usaha mikro dan kecil melalui skema self declare. Implementasinya melibatkan ormas keagamaan Islam atau yang kita kenal dengan pondok pesantren,” katanya, Kamis (21/10/2021).
Menurutnya, para santri dapat menjadi pendamping bagi pelaku usaha agar mampu bersaing pada kancah nasional bahkan skala global. Gus Yaqut berharap, banyak santri mampu membuka lapangan kerja sehingga bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
“Ini menyongsong “Indonesia Emas”. Santri tetap harus semangat meraih cita-cita. Kita bersyukur, tren pertumbuhan ekonomi menuju ke arah positif. Ini tidak dapat dilepaskan dari peran kaum santri dan pondok pesantren,” ujar Menteri Agama.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jatim Purnomo Hadi mewakili Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyampaikan, Pemprov Jatim telah membuat beragam kebijakan untuk menggeliatkan peran santri dalam pertumbuhan ekonomi. Terlihat dari data BPS, Jatim adalah penyumbang perekonomian terbesar kedua di Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 24,93%.
“Kami menggerakan sektor riil di desa melalui UMKM dalam pondok pesantren. Pertumbuhan itu meningkat. Sebagaimana disampaikan wapres, pesantren memiliki posisi strategis. Lembaga pendidikan dan lembaga masyarakat, kesejahteraan pesantren dan di sekitarnya,”tuturnya.
Salah satu bukti nyatanya, Indonesia berhasil menempati urutan 4 dalam kategori “Halal Food Business”. Tentunya ini mengintegrasikan produk halal berbasis ekonomi rakyat pada lingkungan pesantren.
“Ekonomi halal Indonesia tercipta, [Indonesia merupakan] populasi muslim terbesar. Ini mendasari langkah pembinaan pada lingkungan pondok pesantren agar menciptakan produk halal dengan tetap berkecimpung pada dakwah,” katanya.
Di Jatim, keberhasilan ini tidak terlepas dari adanya One Pesantren One Produk (OPOP). Oleh karena itu, Purnomo mengajak warga membeli produk pesantren sebagai referensi. Tiga pilar OPOP Jatim di antaranya Santripreneur, Pesantrenpreneur, dan Sociopreneur. Santripreneur merupakan pengembangan SDM santri dalam berwirausaha, sedangkan Pesantrenpreneur sebagai penguatan kelembagaan pesantren sebagai kekuatan ekonomi. Sociopreneur merupakan langkah lanjutannya yakni sinergi alumni pesantren dengan masyarakat dalam pemberdayaan ekonomi dan sosial.
“Pesantren atau kelompok pesantren memiliki produk atau aktivitas ekonomi unggulan. Produk halal dan thoyib meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial serta mampu mengetaskan kemiskinan,” tuturnya.