Cilacap, Gatra.com – Fenomena La Nina berisiko memicu bencana hidrometeorologi. Akan tetapi, Di luar dampak buruk tersebut, fenomena La Nina disebut juga memiliki dampak menguntungkan petani.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Cilacap, Rendi Krisnawan mengatakan curah hujan tinggi dampak La Nina bakal menguntungkan petani lahan tadah hujan.
“Dampak positifnya karena banyak curah hujan, maka akan menguntungkan petani, terutama di wilayah tadah hujan,” katanya, Rabu (20/10).
Curah hujan membuat suplai air melimpah dan memastikan petani tak kekurangan air saat mengolah lahan, tanam, hingga memastikan kecukupan air hingga musim panen. Curah hujan tinggi akan membuat air berlimpah.
Namun, perlu diwaspadai bahwa dampak La Nina juga memunculkan risiko lainnya, yakni bencana hidrometeorologi, yang bisa memicu banjir, longsor, angin kencang, dan petir yang bisa saja merugikan petani. Misalnya, tanaman padi terendam maupun roboh akibat tiupan angin kencang.
"Akan tetapi, jika melihat kondisi curah hujan saat ini, kalau kita amati hari hujan semakin sedikit, tapi intensitasnya semakin besar. Jadi, kemungkinan jumlah curah hujan itu, cenderung, apa ya, istilahnya tiba-tiba ditumpahkan ke permukaan bumi, itu memberi dampak ya sangat berbahaya,” jelasnya.
Sebelumnya, BMKG mengeluarkan peringatan dini munculnya La Nina lemah hingga sedang. La Nina ini bisa memicu meningkatnya curah hujan hingga 70 persen di atas normal di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Jawa Tengah selatan, mulai November esok hingga Februari 2021 mendatang.
Di Cilacap, La Nina diperkirakan dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti yang terjadi pada 2020 lalu. Sebab itu, BMKG mengimbau agar masyarakat melakukan langkah antisipasi agar kerugian akibat bencana bisa ditekan.