Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah berupaya menghidupkan kembali salah satu karya sastra tradisional asli masyarakat Sasak NTB, Cupak Gerantang. Hal ini dilakukan guna mencegah punahnya karya sastra berbentuk prosa tersebut.
Kepala Kantor Bahasa NTB, Umi Kulsum, dalam kondisi saat ini, Cupak Gerantang hampir tak lagi dipahami oleh masyarakat Sasak, terlebih pada kalangan generasi muda. Oleh karenanya, demi mencegah punahnya sastra khas NTB tersebut, Umi mendorong untuk dibumikannya kembali Cupak Gerantang di masyarakat Sasak.
"Kami memandang bahwa sudah menjadi penting untuk kembali memasyarakatkan dan mempertahankan keberadaan Cupak Gerantang," kata Umi dalam keterangannnya, Rabu (20/10).
Dijelaskan Umi, salah satu upaya yang dilakukan pihaknya dalam melestarikan sastra Cupak Gerantang yakni dengan pementasan kembali Cupak Gerantang. Awalnya, pendataan dan pendokumentasian dilakukan guna mempersiapkan naskah yang siap untuk dipentaskan.
"Kemudian dikumpulkan para pemeran Cupak Gerantang yang pernah terlibat pada pementasan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Disana pemain lah yang akan mengajarkan pengetahuan terkait Cupak Gerantang pada generasi berikutnya," tuturnya.
Sejauh ini upaya pementasan diakui Umi menjadi solusi terbaik dalam mengenalkan kembali Cupak Gerantang pada masyarakat. Sayangnya, kendala hadir tak kala pandemi Covid-19 memaksa adanya pembatasan dalam kegiatan pementasan.
"Hal ini membuat jumlah yang terlibat menjadi terbatas. Namun, dari hasil yang dicapai selama ini, terlihat bahwa telah terjadi perpindahan pengetahuan kepada gerenasi muda. Ini yang membuat kami optimis kedepan," pungkasnya.