Cilacap, Gatra.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dampak La Nina di Jawa Tengah bagian selatan, seperti Banyumas dan Cilacap, tahun ini berpotensi menyerupai La Nina tahun 2020 lalu.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Rendi Krisnawan mengatakan La Nina lemah hingga sedang diprediksi meningkatkan curah hujan hingga 70 persen pada puncaknya.
“Untuk dampak La Nina kemungkinan tahun ini tidak berbeda jauh dari tahu kemarin. Yaitu, bisa meningkatkan curah hujan hingga 70 persen, di atas normal,” katanya, Rabu (20/10).
Curah hujan yang tinggi tersebut meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, longsor, hingga puting beliung. Karena itu masyarakat di wilayah rawan harus meningkatkan kewaspadaan.
“Jadi tentu saja akan mengakibatkan bencana alam, seperti halnya banjir dan longsor, di daerah-daerah tertentu yang karakteristiknya di wilayah itu rawan bencana alam,” jelasnya.
Rendi Krisnawan mengemukakan, puncak curah hujan dampak La Nina di berbagai daerah berbeda. Di Cilacap wilayah selatan, puncak dampak La Nina diperkirakan akan tiba pada November dan Desember.
Sedangkan di wilayah tengah dan utara diperkirakan pada Januari hingga Februari. Begitu pula di Banyumas, Banyumas selatan timur puncak dampak La Nina diperkirakan terjadi pada November-Desember. Sementara, Banyumas barat dan utara pada Januari.
Diketahui, pada 2020 lalu La Nina memicu curah hujan tinggi dan bahkan pada November 2020 sempat banjir dan longsor secara bersamaan di berbagai daerah di Cilacap dan Banyumas. Di Cilacap, banjir merendam puluhan desa di 12 kecamatan hingga berhari-hari.
Selain itu, banjir juga merusak tanggul dan menyebabkan banjir melimpas ke permukiman. Sebanyak dua orang dilaporkan meninggal dunia terseret banjir. Diperkirakan kerugian akibat bencana di Cilacap tersebut mencapai miliaran rupiah.