Home Ekonomi Sebesar 70% Nelayan Tak Sudi Melaut Gegara Ini

Sebesar 70% Nelayan Tak Sudi Melaut Gegara Ini

Pati, Gatra.com –‎ Adanya kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar belakangan ini, membuat ribuan nelayan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, urung melaut. Belum lagi terganjal administrasi dan peraturan terbaru. Tercatat sebesar 70% nelayan Juwana sudah tidak melaut.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Pati, Rasmijan, mengatakan, sudah dua hari ini terjadi kelangkaan solar di Pati. Jika ada, harga jual pun melambung. Sontak hal itu membuat nelayan semakin kepayahan. 

"Sudah dua hari lalu. Ini pada nganggur semua. Apalagi kapal dengan jumlah konsumsi solar yang besar, pastinya tidak bisa melaut. Toh kalau ada, solar yang semula seharga Rp7.800 per liter, kini sudah menjadi Rp8.700 per liter," ujarnya melalui sambungan telepon, Selasa (19/10).

Padahal, lanjutnya, konsumsi kapal jaring tarik berkantong misalnya bisa menghabiskan 50.000 liter sekali jalan. Sementara kapal jenis pursein bisa berkali-kali lipat kebutuhan BBM-nya. 

"Kalau kapal pursein yang di dalamnya ada freezer atau coldstorage, ini malah bisa menghabiskan banyak solar. Sekali melaut biasanya bisa sampai 600 drum. Per drumnya 200 liter. Tinggal dikalikan berapa liter itu jumlahnya," imbuhnya. 

Saat ini saja, sudah ada 70% kapal di Juwana yang enggan melaut. Selain terkendala susahnya mendapatkan BBM. Nelayan kapal jaring tarik berkantong juga kesulitan memperoleh izin berlayar. Belum lagi ada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 85 Tahun 2021 yang dinilai sangat memberatkan nelayan. 

"Sampai sekarang SIUP dan SIPI tidak bisa dikeluarkan. Katanya suruh nunggu, ini terjadi sejak menteri bu Susi, Edy Prabowo, sampai Trenggono belum ada realisasi. Padahal kita sudah ganti, GT-nya juga jelas. Lah maksud dan tujuan pemerintah ini bagaimana, kita kan sudah dipaksakan dan ditekankan bayar PHP, PNBP, bahkan disuruh membayar SIUP yang per GT-nya itu dikenakan Rp268.000. Namun sampai sekarang belum ada legalitas dan kejelasan untuk SIUP dan SIPI," paparnya. 

Meski begitu, ada sejumlah nelayan Juwana yang nekat melaut dengan kondisi ini. "Ada juga yang memaksa melaut, mekipun kondisinya mengkhawatirkan. Mau bagaimana lagi, ini sudah urusan perut. Resiko apa pun tetap ditempuh," jelasnya.

1926