Washington DC, Gatra.com- Colin Powell, mantan Menteri Luar Negeri AS dan Ketua Kepala Staf Gabungan, telah meninggal pada usia 84 karena komplikasi dari infeksi COVID-19. Live Science, 18/10.

Powell telah divaksinasi terhadap virus, tulis keluarganya dalam sebuah pernyataan pada 18 Oktober, sehingga kasus COVID-19-nya akan dianggap sebagai infeksi "terobosan". Pernyataan keluarga tidak merinci komplikasi apa yang dialami Powell atau apakah kondisi kesehatan yang mendasarinya mungkin berkontribusi pada penyakitnya.

Tapi Powell sebelumnya telah menjalani pengobatan untuk multiple myeloma, kanker yang mempengaruhi sel plasma, komponen kunci dari sistem kekebalan tubuh, menurut The New York Times. Sel plasma, sejenis sel darah putih yang terutama ditemukan di sumsum tulang, membantu tubuh melawan infeksi dengan memproduksi antibodi — protein yang menempel pada penyerbu asing, seperti virus, dan menandainya untuk dihancurkan.

Dalam multiple myeloma, sel plasma kanker mulai berlipat ganda secara tak terkendali, memadati sel plasma sehat dan sel penghasil tulang dan darah lainnya, menurut American Cancer Society. Antibodi abnormal yang dikeluarkan oleh sel kanker juga dapat membahayakan ginjal, terkadang menyebabkan gagal ginjal.

Mieloma Powell telah "berhasil diobati," kata ajudan jenderal AS Peggy Cifrino kepada Times. Berdasarkan pernyataan keluarga, tidak jelas apakah kanker atau pengobatannya meninggalkan efek yang akan memperburuk infeksi COVID-19 Powell.

Namun, multiple myeloma dan kondisi lain yang melumpuhkan sistem kekebalan meningkatkan risiko COVID-19 yang parah dan mengurangi efektivitas vaksin, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Sebuah studi baru-baru ini, yang diterbitkan pada bulan Juli di jurnal Leukemia, menemukan bahwa hanya 45% pasien dengan multiple myeloma aktif yang memiliki respons imun "memadai" terhadap vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna, Times melaporkan. Dan beberapa penelitian kecil menunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan kekebalan membuat sebagian besar kasus terobosan COVID-19 di AS dan Israel, menurut CDC.

Sebagian karena data tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memberi wewenang untuk memberikan dosis ketiga vaksin Pfizer atau Moderna kepada orang-orang dengan gangguan kekebalan sedang atau berat, seperti mereka yang menerima pengobatan untuk kanker.

Badan tersebut juga telah mengesahkan dosis "penguat" vaksin Pfizer untuk orang di atas usia 65 tahun dan orang dewasa lainnya yang berisiko tinggi terkena COVID-19 parah, Stat News melaporkan . (Panel penasehat FDA telah merekomendasikan booster dari merek vaksin lain, tetapi badan tersebut belum mengizinkannya.) Pernyataan keluarga Powell tidak merinci merek vaksin mana yang diterima Powell atau apakah dia mendapat suntikan ketiga.

“Kami ingin berterima kasih kepada staf medis di Walter Reed National Medical Center atas perawatan mereka yang penuh perhatian,” tulis keluarga tersebut, merujuk pada rumah sakit Maryland tempat Powell dirawat karena infeksi COVID-19-nya. "Kami telah kehilangan suami, ayah, kakek, dan orang Amerika yang luar biasa dan penyayang."

Secara keseluruhan, infeksi terobosan parah sangat jarang dan mendapatkan vaksinasi tetap merupakan cara terbaik untuk melindungi diri Anda dari dirawat di rumah sakit atau meninggal akibat COVID-19, Live Science sebelumnya melaporkan. Bagi mereka yang tertarik, situs web CDC menguraikan kriteria untuk menerima dosis booster vaksin Pfizer, dan lebih banyak orang kemungkinan akan memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan booster setelah vaksin Moderna dan Johnson & Johnson disahkan.