Pekanbaru, Gatra.com - Menjelang bergulirnya musyawarah daerah (musda) Partai Demokrat Provinsi Riau, peluang tokoh senior untuk memimpin partai terbuka lebar. Posisi kader senior Partai Demokrat punya tempat tersendiri pasca kongres tandingan Partai Demokrat di Sibolangit,Deli Serdang beberapa waktu lalu seperti disampaikan pengamat komunikasi politik Univeristas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris,
"Salah satu pesan politik dari Kongres di Deli Serdang adalah munculnya nada protes dari senior Partai Demokrat yang tersisihkan oleh AHY yang lebih mempercayakan kader muda secara dominan di struktur DPP. AHY tentu banyak mendapat pelajaran politik pasca kejadian Sibolangit, dan mungkin akan menghindari kesalahan semacam itu di daerah," ujarnya melalui sambungan seluler kepada Gatra.com, Senin (18/10).
Musda Partai Demokrat Provinsi Riau paling lambat digelar akhir tahun 2021. Hingga kini tiga nama dikabarkan bakal ikut berlaga, yaitu Asri Auzar (petahana), Ahmad (anggota DPR RI), dan Agung Nugroho (anggota DPRD Riau). Dari ketiga nama tersebut, Agung Nugroho yang termuda (37) tahun.
Aidil mengatakan, terlepas dari pemilihan ketua yang sepenuhnya mengacu pada mekanisme yang telah ditetapkan partai (perebutan suara Dewan Pimpinan Cabang), kepentingan politik strategis dari DPP Partai Demokrat tetap akan menjadi penentu. Hal itu menurutnya juga terlihat di Partai Golkar, dimana Partai Beringin cendrung memilih aklamasi dalam pemilihan ketua partai belakangan ini, kontras dengan tradisi Partai Golkar yang menghadirkan voting antar calon di ajang musda.
"Artinya jika DPP sudah memiliki kalkulasi politik yang sifatnya strategis, aklamasi mungkin opsi yang dipilih sekalipun itu bertentangan dengan tradisi parpol itu sendiri. Pertanyaannya, kalau nanti aklamasi, kira-kira sosok seperti apa yang akan masuk dalam skema tersebut," beber calon rektor Universitas Muhammadiyah Riau ini.
Sambung Aidil, untuk menakar kriteria tersebut bisa dilakukan melalui pendekatan SWOT (Strengths/kekuatan, Weaknesses/ kelemahan, Opportunities/ peluang, dan Threats/ ancaman) terhadap masing-masing kandidat, yang kemudian direlasikan dengan politik strategis DPP.
"Kedekatan emosional dengan AHY itu mungkin suatu hal, tapi pertimbangan rasional juga tidak bisa ditepikan untuk kepentingan 2024. Misalkan yang punya relasi bagus dengan tokoh adat atau lembaga adat setempat, bobotnya mungkin beda dengan yang aktif di komunitas kepemudaan. Begitu juga yang menonjol di komunitas bisnis penilaiannya tentu beda dengan figur yang aktif di dunia kampus. Tapi ini sepenuhnya juga akan dipengaruhi oleh seperti apa peran Riau bagi DPP, apakah sebagai lumbung suara prioritas nasional, prioritas regional (Sumatera), atau lebih sempit lagi prioritas bagi lumbung suara etnis Melayu, atau peran strategis lainnya," tukasnya.