Home Milenial Akademisi: Generazi Z Lebih Suka Pembelajaran Secara Visual

Akademisi: Generazi Z Lebih Suka Pembelajaran Secara Visual

Banyumas, Gatra.com – Akademisi Universitas Negeri Semarang (Unnes), Tsabit Azinar Ahmad, menyebut siswa generasi Z saat ini lebih menyukai media pembelajaran berbasis visual ketimbang verbal. Karena itu, guru perlu menyesuaikan kecenderungan siswa agar proses belajar mengajar lebih efektif.

Tsabit mengungkapkan hal tersebut ketika memberikan materi dalam Pelatihan Daring Program Organisasi Penggerak (POP) kerja sama Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbudristek dengan Yayasan Sahabat Muda Indonesia (YSMI), Sabtu (16/10).

"Sebanyak 90 persen informasi yang menuju otak anak akan optimal dengan media visual. Karenanya, sangat penting bagi bapak ibu guru untuk dapat membuat media belajar visual," jelas Tsabit.

Selain media visual, tambah Tsabit, juga saat ini para guru hendaknya bisa memanfaatkan media digital. Dia juga mengapresiasi program POP yang berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan teknis pembuatan media pembelajaran berbasis audiovisual.

“Para guru yang ikut pelatihan ini sangat luar biasa, karena mereka memiliki kemauan yang kuat untuk terus menerus belajar. Apa lagi nanti dengan pelatih yang ahli, saya yakin dapat meningkatkan kualitas pembelajaran untuk siswa,” ucap dia.

Dalam pelatihan ini, 60 guru peserta dilatih teori dan praktik membuat media visual secara daring, sehingga nantinya dapat dipakai untuk pembelajaran siswa, baik di era pembelajaran daring maupun luring.

Sementara, PLH Bupati Banjarnegara, Syamsudin menyatakan mendukung penuh POP yang saat ini tengah dijalankan YSMI di 20 SMP. “Saya mengikuti terus perkembangan YSMI dengan aktivitasnya sejak berdiri. Bahkan saya juga ketularan mengikuti aktivitas napak tilas sejarah dan budaya di Banjarnegara. Ini program yang sangat bagus dan saya nanti-nantikan, saya harap dapat meningkatkan kompetensi guru di Banjarnegara," ujar Syamsudin.

Ia juga berharap, ke depan program ini dapat mengingkatkan budaya literasi. "Kami terus terang merindukan kepedulian terhadap sejarah dan juga khawatir dengan sejarah dan budaya yang makin hilang. Mudah-mudahan kegiatan ini mendorong regulasi untuk perlindungan sejarah dan kebudayaan, serta mengembangkan semangat literasi sebagai keseharian guru, siswa dan masyarakat,” imbuhnya.

Dengan fokus utama pelatihan pada media film, Syamsudin juga berharap akan dapat mengabadikan sejarah yang ada di Banjarnegara melalu karya-karya yang ada. "Perhatian Bapak Menteri Pendidikan dengan program POP ini semoga akan semakin mendorong pendidikan di Banjarnegara menjadi lebih baik,” jelasnya.

1894