Manila, Gatra.com – Pemenang Nobel Perdamaian 2021, Maria Ressa, mengungkapkan bahwa di tengah tumbuhnya digitalisasi pers, misi jurnalisme tetap sama seperti sedia kala.
“Standar dan etika jurnalisme tak berubah. Misi jurnalisme tak berubah. Membicarakan kebenaran kepada yang berkuasa, menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit, itu tak berubah,” ujar Maria dalam sebuah acara bincang-bincang virtual yang digelar pada Kamis, (14/10/2021).
“Yang berubah adalah bentuk dan distribusinya. Saya yakin Anda sudah melakukannya melalui TikTok, atau beberapa platfrom media sosial lainnya,” imbuh Maria.
Dalam digitalisasi pers, Maria menyinggung soal peran besar algoritma internet. Menurutnya, distribusi karya-karya jurnalistik di era digital amat dipengaruhi oleh cara kerja algoritma.
Akan tetapi, Maria mengingatkan bahwa algoritma juga bisa menimbulkan bias. Bagi pembaca karya-karya jurnalistik, bias algoritma bisa menjebak pembaca untuk jatuh pada situasi pasca-kebenaran (post-truth) di mana fakta dan sentimen saling berkelindan sehingga sulit dipisahkan.
Walau demikian, Maria mengindikasikan bahwa di era digital ini, jurnalisme sedang hidup di era keemasan. “Saya kira kita hidup di zaman terbaik untuk jurnalisme dan saya yakin bahwa generasi kita saat ini hidup di era emas jurnalisme ketika organisasi pers memiliki pengaruh yang besar,” ujarnya.