Blora, Gatra.com- Dugaan banyaknya temuan manipulasi data pengabdian guru honorer agar bisa lolos tes Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) di sejumlah sekolah di Kabupaten Blora mendapat perhatian langsung Bupati Arief Rohman. Arief mengaku akan menindak jika ada oknum pegawai yang terbukti terlibat.
"Bukti fakta silahkan diajukan ke Posko nanti kita rekonsiliasi dari temuan itu kalau memang ada oknum yang ikut bermain akan kita tindak," kata Arief saat ditemui wartawan di kantornya, Selasa (12/10).
Arief mengaku telah membuka posko pengaduan di Kantor Dinas Pendidikan. Pihaknya mempersilahkan peserta test untuk melaporkan dugaan kecurangan tersebut ke posko pengaduan.
"Kita buka posko pengaduan. Hari ini ada yang WA juga ke saya. Kita buka ruang untuk sanggah atau klarifikasi. Kalau ada yang menemukan bukti fakta di lapangan adanya manipulasi termasuk ijazah dan yang berkaitan dengan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) hari ini kita tunggu. Ini jadi PR kita untuk evaluasi," tegasnya.
Dugaan manipulasi data pengabdian guru honorer ini sebelumnya diungkap ketua Persatuan GTT/PTT (Progata) Blora Aries Eko Siswanto. Sejumlah kepala sekolah diduga melakukan manipulasi data guru honorernya agar bisa ikut seleksi test P3K.
"Karena kan syarat dapat dapodik mengabdi sebelum 12 Maret 2019. Tapi kita dapat laporan banyak manipulasi data itu yang dilakukan kepala sekolah dibuatkan sebelum 12 Maret padahal mereka baru masuk setelah 12 Maret," kata Aries saat melaporkan dugaan kecurangan itu ke Dinas Pendidikan, Senin (10/10).
Setidaknya sudah ada 2 dugaan kecurangan yang ia terima. Diantaranya di SDN 2 Tempellemahbang dan SDN 2 Turirejo di Kecamatan Jepon.
"Informasinya yang di SDN 2 Turirejo ini anaknya pengawas. Dia bahkan bisa dikatakan tidak guru mengabdi. Karena jarang datang, kadang datang tiap hari Sabtu saja, bahkan kadang juga tidak pernah datang. Tapi kemarin waktu test dia lolos. Inikan merugikan guru yang sudah lama mengabdi disana," terangnya.
Namun, kata Aries untuk kasus di SDN 2 Turirejo ini, guru honorer tersebut sudah mengajukan surat pengunduran diri. "Mungkin dia tahu salah. Makanya langsung mengundurkan diri. Makanya hari ini kita laporkan ke Diknas untuk disanggah. Tapi bisa disanggah apa tidak karena dia sudah dinyatakan lolos ujian," ujarnya.
Sementara untuk kasus di SDN 2 Tempellemahbang, kata Aries terjadi kecurangan yang sama. Bahkan guru honorer tersebut diketahui baru mengabdi tahun 2020. "Makanya ini banyak teman-teman guru yang protes. Seharusnya kan sudah tidak bisa," ungkapnya.